Abdullah bin Abbas (Ibnu Abbas) menjadi sumber rujukan untuk bertanya

Abdullah bin Abbas atau yang dkenal dengan nama Ibnu Abbas adalah anak dari paman Rasulullah saw Abbas bin Abdul Muthalib.

Karena kealimannya dan kemahirannya dalam berbagai ilmu, Ibnu Abbas senantiasa diajak bermusyawarah oleh khalifah rasyidah (sang bijaksana), walaupun ia masih muda belia. Alabila khalifah Umar bin Khathab menghadapi suatu persoalan rumit, diundangnya ulama-ulama terkemuka termasuk Ibnu Abbas yang masih muda. Bila Ibnu Abbas hadir, khalifah Umar memberikan tempat duduk yang lebih tinggi, sementara khalifah sendiri duduk di tempat yang lebih rendah seraya berkata, “Anda lebih berbobot daripada kami.”

Pada suatu ketika, pernah Khalifah Umar mendapat kritik karena perlakuan yang diberikannya kepada Ibnu Abbs melebihi ulama-ulama lain yang lebih tua darinya. Maka Umar berkata, “Dia adalah pemuda (tapi berpikiran seperti orang) tua. Ia lebih banyak belajar dan berhati tenang.

Ketika Ibnu Abbas beralih mengajar orang-orang tertentu, ia tetap tidak melupakan kewajibannya terhadap orang-orang awam. Maka, dibentuklah majelis-majelis wa’azh dan tadzkir (pendidikan dan pengajaran). Diantara waktu-aktu mengajarnya, ia tetap giat berdakwah.

Dalam salah satu dakwahnya yang luar biasa mengeetarkan kalbu, Ibnu Abbas berkata, “Wahai orang yang berbuat dosa! Jangan sepelekan akibat-akibat perbuatan dosa itu. Sebab, ekornya jauh lebih gawat daripada dosa itu sendiri. Kalau engkau tidak merasa malu kepada orang lain, padahal engkau telah berbuat dosa, maka sikap tidak punya malu itu sendiri itu juga dosa. Kegembiraanmu ketika melakukan dosa juga merupakan dosa di hadapan Allah. kalau engkau sedih karena tidak dapat berbuat dosa, maka kesedihanmu itu jauh lebih dosa daripada perbuatan itu. Engkau takut kalau-kalau angin bertiup membukakan rahasiamu, tetapi engkau sendiri telah berbuat dosa tangpa takut akan Allah yang melihatmu, maka sikap seperti itu adalah lebih besar dosanya ketimbang perbuatan dosa itu.”

Ibnu Abbas berkata lagi, “Wahai orang yang berdosa! Tahukah engkau dosa Nabi Ayyub a.s yang menyebabkannya mendapat bala (ujian) pada jasad dan harta bendanya? Ketahuilah, dosanya itu hanyalah karena ia tidak menolong orang seorang miskin yang minta pertolongannya untuk menyingkirkan kezaliman.”

Ibnu Abbas bukan termasuk golongan orang yang hanya pandai berkata-kata, tetapi tidak berbuat. Beliau bukan termasuk orang yang hanya pandai melarang, tetapi tidak bertindak untuk menghentikan. Abdullah bin Mulaikah bercerita, “Saya pernah menemani Ibnu Abbas dalam suatu perjalanan dari Makkah ke Madinah. Ketika rombongan kami berhenti di suatu tempat, ia (Ibnu Abbas) bangun di tengah malam, sementara yang lainnya tidur karena kelelahan. Saya juga pernah melihatnya berkali-kali membaca ayat ke 19 dari surat Qaaf sambil menangis di suatu malam hingga terbit fajar.”

Kematian Ibnu Abbas

Pada satu musim haji, khalifah Mu’awiyah bin Abi Sufyan pergi naik haji ke Makkah. Bersama rombongannya, turut pula Ibnu Abbas. Khalifah Mu’awiyah diiringi pasukan pengawal kerajaan, sementara Ibnu Abbas diiringi oleh murid-muridnya yang ternyata lebih banyak daripada pengiring khalifah.

Ibnu Abbas meninggal pada usia 71 tahun, ketika beliau meninggal, Muhammad bin Hanafiyah (Imam Hanafi) turut melakukan shalat atas jenazahnya bersama-sama dengan para sahabat serta pemuka tabi’in yang lain. Tatkala tengah menimbun jenazahnya dengan tanah, mereka mendengar ada sebuah suara yang membaca petika ayat berikut:

Hai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhainya. Maka, masuklah kedalam jamaah hamba-hamba-ku. Masuklah ke dalam surga-Ku. (al Fajr ayat 27-30)

Updated: 01/03/2024 — 03:03