Abdurrahman bin Auf adalah saudagar yang beruntung

Kehidupan Abdurrahman bin Auf merupakan saudagar yang beruntung. Barang apa saja yang dipegang dan dijadikan sebagai bahan perdagangan, maka pasti menghasilkan keuntungan.

Abdurahman bin Auf sangat beruntung dalam perdagangan, sampai-sampai hal tersebut membuat dirinya juga heran. Pernah ia berkata, “Sungguh, kulihat diriku, seandainya aku mengangkat batu niscaya kutemukan di bawahnya emas dan perak.”

Bagi Abdurrahman bin Auf, perdagangan bukan berarti rakus, dan juga bukan pula untuk menumpuk harta. Hal tersebut justru merupakan amanah besar yang harus dijaga. Kewajibannya dalam mengumpulkan harta menjadikan dirinya lebih dekat hati dan jiwanya kepada Allah swt. serta menyalakan semangatnya dalam berkorban di jalan Allah. seluruh usahanya ditujukan untuk mencapai ridha Allah, sebagai bekal di akhirat kelak.

Abdurrahman bin Auf selalu bermodal dan berniaga dengan barang halal. Usahanya mendapat berkah dari Allah, karena ia selalu menjauhkan diri dari perbuatan haram, bahkan yang syubhat sekalipun. Selain itu, laba yang ia peroleh bukan untuk dinikmati sendiri. Tetapi ada hak Allah dari setiap laba yang ia peroleh. Artinya hak orang lain melewati dirinya, dan amanah itu harus ditunaikan dengan sebaik-baiknya.

Beliau tidak pernah menggunakan hartanya untuk berfoya-foya. Kekayaannya dikeluarkan secukupnya untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Sisanya dia gunakan untuk memperkokoh hubungan kekeluargaan, membiayai sanak saudaranya, serta menyediakan perlengkapan yang diperlukan tentara islam.

Abdurrahman bin Auf merupakan sahabat yang berwatak dinamis

Kesenangannya untuk mengerjakan amal yang mulia muncul dimanapun ia berada. Apabila ia tidak sedang di masjid, atau tidak sedang berjihad, maka ia mengurus perniagaannya. Kafilah-kafilahnya membawa barang dagangan dari Mesir dan Syria menuju Madinah, berupa pakaian dan makanan yang dapat memenuhi kebutuhan warga di Jazirah Arabia.

Karakternya yang dinamis terlihat ketika kaum muslimin hijrah ke Madinah. Pada waktu itu Rasulullah saw mempersaudarakan dua orang sahabat, salah seorang kaum Muhajirin warga Makkah dan yan lain dari Anshar penduduk Madinah.

Orang-orang Anshar membagi seluruh kekayaan miliknya dengan saudaranya dari kaum Muhajirin. Bahkan dalam permasalahan rumah tangga, apabila is beristri dua orang, diceraikannya yang seorang untuk kemudian dijadikan istri oleh saudara angkatnya.

Ketika itu Rasulullah saw mempersaudarakan Abdurrahman bin Auf dengan Sa’ad bin Rabi’. Mengenai hal ini Anas bin Malik meriwayatkan kesaksiannya, ia berkata “dan berkatalah Sa’ad kepada Abdurrahman, ‘saudaraku, aku adalah penduduk Madinah yang kaya raya. Silahkan pilih separuh hartaku dan ambilla! Dan, aku mempunyai dua orang istri. Coba perhatikan yang lebih menarik perhatian anda. Akan kuceraikan hingga anda dapat memperistrinya!’

Abdurrahman bin Auf menjawab, ‘mudah-mudahan Allah memberkahi anda, istri dan harta anda. Tunjukkanlah letaknya pasar agar aku dapat berdagang!’

Maka Abdurrahmah pun pergi ke pasar dan melakukan jual beli disanan, sehingga memperoleh keuntungan.

Updated: 03/03/2024 — 03:03