Abu Darda adalah saudagar yang mementingkan keuntungan akhirat

Abu Darda ketika merasakan bahwa perdagangannya telah mengganggu untuk beribadah dan menghadiri majelis-majelis ilmu, maka ditinggalkannya usaha perniagaannya. Ketika banyak orang menanyakan sikapnya, dia menjawab, “Sebelum masa Rasulullah, saya menjadi seorang pedagang. Maka, setelah masuk islam, saya ingin menggabungkan berdagang untuk beribadah. Demi Allah, yang jiwa Abu Darda dalam kuasa-Nya, saya akan menggaji penjaga pintu masjid supaya saya tidak liput salat berjamaah. Kemudian, saya berjual beli dan berlaba setiap hari 300 dinar.”

Lalu dia bertanya, “Saya tidak mengatakan bahwa Allah mengharamkan berniaga. Tetapi saya ingin menjadi pedagang bila perdagangan dan jual beli tidak mengganggu saya untuk dzikrullah.”

Abu Darda tidak meninggalkan perdagangannya sama sekali. Beliau hanya sekedar meninggalkan dunia dengan segala perhiasan dan kemegahannya. Baginya sudah cukup sesuap nasi untuk menguatkan tubuh dan sehelai pakaian kasar untuk menutupi tubuh. Pernah beberapa jamaah ikut bermalam di rumah beliau pada suatu malam yang sangat dingin. Abu Darda menyuguhi mereka dengan makanan hangat, tetapi tidak memberinya selimut.

Ketika hendak tidur, ada jamaah yang akan menanyakan kepada Abu Darda. Ketika sampai di depan pintu, dilihatnya Abu Darda hanya memakai pakaian tipis dan istrinya duduk di sampingnya. Mereka berdua hanya memakai pakaian tipis yang tidak mungkin melindungi mereka dari kedinginan. Kemudia dia bertanya, “Saya melihat anda sama dengan kami, di tengah malam sedingin ini tanpa selimut. Kemana saja kekayaan dan harta benda anda?

Abu Darda menjawab, “Kami empunyai rumah di kampung. Harta itu langsung kami kirimkan kesana setiap kali kami memperolehnya. Seandainya masih ada yang tertinggal disini (berupa selimut), tentu sudah kami berikan kepada tuan-tuan. Disamping itu, jalan ke rumah kami yang baru itu sulit dan mendaki. Karena itu, membawa barang seringan mungkin lebih baik daripada membawa barang yang berat. Kami memang sengaja meringankan beban kami supaya mudah dibawa.”

Abu Darda bertanya kepada orang tersebut, “Pahamkah anda?” orang itu menjawab, “Ya, saya mengerti.” Ternyata yang dimaksud rumah itu adalah akhirat.

Updated: 03/03/2024 — 15:03