Abu Darda merupakan orang yang bersahaja dan sederhana

Pada suatu waktu, ketika Abu Darda tengah berada di negeri Syam, Umar bin Khaththab datang hendak memeriksa jalannya kehidupan rakyat muslim. Khalifah juga menyempatkan diri mengunjungi sahabatnya (Abu Darda) di malam hari. Ketika khalifah membuka pintu rumah Abu Darda, ternyat pintu itu tidak dikunci dan rumahnya gelap tanpa lampu.

Khalifah Umar mengucapkan salam, ketika Abu darda mendengar suara khalifah, segera ia berdiri dan menyambut khalifah. Dengan sopan, beliau mengucapkan selamat datang dan mempersilakan khalifah Umar untuk duduk. Mereka berdua terlibat pembicaraan pentinh, padahal kegelapan menyelubungi keduanya.

Dalam pembicaraan tersebut, khalifah Umar sempat meraba-raba bantal alas duduk Abu Darda, yang ternyata adalah pelana kuda. Dirabanya kasur temapat tidur Abu Darda, dan isinya hanyalah pasir. Lalu selimutnya adalah pakaian tipis yang tidak layak untuk musim dingin.

Khalifah kemudian berkata, “Semoga Allah melimpahkan rahmat-Nya kepada anda. Maukah anda saya bantu? Maukah anda saya kirimkan sesuatu untuk melapangkan kehidupan anda?

Abu Darda menjawab, “Ingatkah hai Umar, sebuah hadis yang disampaikan Rasulullah kepada kita?”

Umar bertanya, “hadis apakah gerangan?”

Abu Darda menjawab, “Bukankah Rasulullah telah bersabda ‘hendaklah puncak salah seorang kamu tentang dunia seperti perbekalan seorang pengendara (yaitu secukupnya dan seadanya).”

“ya, saya ingat.” Jawab khalifah

Abu Darda berkata lagi, “Nah, apa yang telah kita perbuat sepeninggal beliau, hai Umar?”

Khalifah Umar langsung menangis mendengarnya, demikian pula Abu Darda.

Abu Darda Wafat dikelilingi para sahabat

Abu Darda menjadi guru agama selama tinggal di Damsyik. Beliau memberi pengajaran kepada penduduk, mengingatkan mereka, mengajarkan AL Qur’an dan hikmah kepada mereka sampai meninggalnya.

Ketika Abu Darda menjelang wafat, para sahabatnya berdatangan. Mereka bertanay, “Sakit apakah yang anda rasakan?”

“Dosa-dosaku,” jawab Abu Darda.

“Apa yang anda inginkan?” tany para sahabat.

Abu Darda menjawab, “Ampunan Tuhanku.” Kemudian berkata lagi, “Ulangkanlah kepadaku kalimah Laa ilaaha illallaah Muhammad Rasulullah.”

Abu Darda senantiasa membaca kalimah tersebut berulang-ulang hingga nafasnya yang terakhir. Setelah Abu Darda pergi menemui Tuhannya, Auf bin Malik Al Asyja’iy bermimpi. Dalam mimpinya ia melihat sebuah padang rumput yang luas menghijau dan berkembangnya bau harum semerbak di udara. Tiba-tiba, muncul suatu bayangan berupa kubah besar dari kulit. Di sekitar kubah itu berbaring hewan ternak yang belum pernah terlihat sebelumnya.

Ia kemudian bertanya, “Milik siapakah ini?”

Tiba-tiba ada suara menjawab, “Milik Abdurrahman bin Auf.” Maka Abdurrahman pun muncul dari dalam kubah. Beliau berkata kepada Auf bin Malik, “Hai Ibnu Malik!vinilah karunia Allah kepada kita berkat Al Qur’an. Seandainya engkau mengawasi jalan ini, engkau akan melihat suatu pemandangan yang belum pernah engkau saksikan, dan mendengar sesuatu yang belum pernah engkau dengar, dan yang tidak pernah terlintas dalam pikiranmu.”

Auf bin Malik bertanya, “Untuk siapa semuanya, hai Abu Muhammad?”

Abdurrahman bin Auf menjawab, “Semua itu disediakan oleh Allah untuk Abu Darda, karena ia telah menolak dunia dengan mudah dan lapang dada.”

Updated: 03/03/2024 — 11:03