Abu Darda pada awalnya adalah seorang penyembah berhala

Abu Darda nama aslinya ialah Uwaimir bin Malik Al Khazraji, beliau pada awalnya ialah seorang penyembah berhala.

Pada suatu hari di Madinah banyak sekali orang yang merupakan pengikut Nabi Muhammad, mereka baru kembali dari perang Badar. Abu Darda menanyakan kepada seorang pemuda khazraj keberadaan Abdullah bin Rawahah.

Pemuda tersebut menjawab dengan hati-hati pertanyaan Abu Darda. Sebab dia tahu hubungan Abu Darda dengan Abdullah bin Rawahah. Mereka adalah teman akrab semasa jahiliyah. Tetapi ketika islam datang, Abdullah bin Rawahah masuk islam, dan Abu Darda tetap dalam kemusyrikan. Tetapi persahabatan mereka tidak putus.

Abdullah bin Rawahah menuju rumah Abu Darda. Sesampainya disana, beliau melihat Ummu darda di halaman rumahnya.

“Assalamu’alaiki, ya amatallah,” kata Abdullah memberi salam kepada istri sahabatnya, begitu ia memasuki rumah sahabatnya itu.

“Wa’alaikassalam, ya akha Abi Darda,” jawab Ummu Darda.

“Kemana Abu Darda?” tanya Abdullah.

“Dia ke toko, tetapi tidak lama lagi akan pulang,” jawab Ummu Darda.

“Bolehkah saya masuk?” tanya Abdullah.

“dengan senang hati, silakan!”

Abdullak kemudian masuk ke kamar tempat Abu Darda meletakkan patung sembahannya. Dikeluarkan kapak yang sengaja ia bawa dari rumah. Dihampirinya patung itu, lalu dirusaknya sambil berkata, “Ketahuilah, setiap yang disembah selain Allah adalah batil!” kemudia setelah menghancurkan patung, dia pergi.

Setelah itu kemudian Abu Darda tiba di rumahnya, dan istrinya menceritakan kejadian yang sudah dialaminya tadi tentang perbuatan Abdullah yang menghancurkan patung. Abu Darda amarahnya naik dan ingin membalaskan dendamnya. Tetapi kemudian dia berfikir, “Seandainya patung itu benar Tuhan, tentu dia sanggupa membela dirinya sendiri.”

Kemudian dia menemui Abdullah, dan mereka berdua menemui Rasulullah saw, serta menyatakan masuk islam. Sejak saat itu Abu darda beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Ia mencurahkan waktu dan perhatiannya kepada ilmu seperti orang yang kehausan. Dia mempelajari Al Qur’an dengan tekun dan menghafal ayat-ayatnya, serta menggali pengertiannya sampai begitu dalam.

Hal ini dia lakukan untuk mengejar ketinggalannya dari sahabat-sahabatnya yang lain, yang telah lebih dahulu masuk islam.

Updated: 03/03/2024 — 15:03