Abu Dzar Al Ghiffari menentang gaya hidup berfoya-foya

Abu Dzar gigih dalam mempertahankan kesetaraan dalam islam. Prinsipnya dalam menafsirkan ayat Kanz (tentang pemusatan kekayaan), sempat menimbulkan pertentangan pada masa pemerintahan Utsman. Perilaku hedonisme menurut Abu Dzar sangat bertentangan dengan perintah Allah, sebagaimana yang tersirat dalam firman Allah dalam surat At Taubah ayat 34-35:

  1. Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya sebahagian besar dari orang-orang alim Yahudi dan rahib-rahib Nasrani benar-benar memakan harta orang dengan jalan batil dan mereka menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah. dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, Maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih,
  2. pada hari dipanaskan emas perak itu dalam neraka Jahannam, lalu dibakar dengannya dahi mereka, lambung dan punggung mereka (lalu dikatakan) kepada mereka: “Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, Maka rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang kamu simpan itu.”

Ia menentang keras ide menumpuk kekayaan dan menganggapnya sebagai sesuatu yang bertentangan dengan semangat islam. Abu Dzar termasuk salah satu tokoh yang sulit diajak berdamai berkenaan dengan tumbuhnya kapitalisme di kalangan kaum muslim Syria, di bawah kekhalifahan Mu’awiyah. Menurut pendapatnya, seorang muslim sejati wajib menyalurkan kelebihan hartanya kepada saudaranya yang miskin.

Untuk memperkuat pendapatnya tersebut, Abu Dzar mengutip peristiwa semasa Rasulullah. Pada suatu hari, ketika Rasulullah sedang berjalan-jalan dengannya, tampaklah pegunungan Ohad. Lalu Rasulullah bersabda, “Jika aku mempunyai emas seberat pegunungan yang jauh itu, aku tidak perlu melihatnya dan memilikinya kecuali bila diharuskan membayar utang-utangku. Sisanya, akan kubagi-bagikan kepada hamba Allah.

Abu Dzar bersikap tanpa kompromi terhadap kapitalisme, termasuk kepada orang yang berkedudukan tinggi. Beliau bahkan pernah menegur Abu Hurairah, yang saat itu menjabat gubernur Bahrain. Pada suatu hari, Abu Hurairah datang mengunjungi Abu Dzar, namun Abu Dzar justru menolak bertemu dengannya. Ketika ditanyakan alasannya, beliau berkata bahwa dia tidak menyukai pola hidup Abu Hurairah.

Namun, Abu Hurairah tetap ingin bertemu, setelah bertemu kemudian Abu Dzar bertanya, “Anda telah diangkat sebagai gubernur Bahrain?”

“Benar,” Jawab Abu Hurairah.

Abu Dzar kembali bertanya, “Disana anda tentunya telah membangun rumah seperti istana dan membelai sebidang tanah yang luas.”

“Tidak benar itu,” jawab Abu Hurairah.

“Kalau begitu, anda adalah saudaraku.” Kata Abu Dzar dan kemudian memeluknya.

Updated: 03/03/2024 — 19:03