Inilah Akibat Buruk Kekurangan Zat Besi

Defisiensi besi merupakan defisiensi gizi yang sering kali terjadi. Defisiensi besi sering menyerang anak-anak, remaja, ibu hamil dan menyusui.

Kehilangan zat besi terjadi karena konsumsi makanan yang kurang seimbang atau gangguan absorpsi besi. Di samping itu kekurangan zat besi dapat terjadi karena perdarahan akibat cacingan atau luka, dan akibat penyakit-penyakit yang mengganggu absorpsi, seperti penyakit gastro intestinal.

Kekurangan zat besi terjadi dalam 3 tahap, yaitu:

  1. Terjadi bila simpanan besi berkurang yang terlihat dari penurunan feritin dalam plasma hingga 12 ug/L. Hal ini dikompensasi dengan peningkatan absorpsi besi yang terlihat dari peningkatan kemampuan mengikat-besi total. Pada tahap ini belum terlihat perubahan fungsional pada tubuh.
  2. Tahap kedua terlihat dengan habisnya simpanan besi, menurunnya jenuh transferin hingga kurang dari 16% pada orang dewasa dan meningkatnya protoporfirin, yaitu bentuk pendahulu (precursor) hem. Pada tahap ini nilai hemoglobin di dalam darah masih berada pada 95% nilai normal. Hal ini dapat menggangu metabolisme energi, sehingga menyebabkan menurunnya kemampuan bekerja.
  3. Pada tahap ketiga terjadi anemia gizi besi, dimana kadar hemoglobin total turun di bawah nilai normal. Anemia gizi besi berat ditandai oleh sel darah merah yang kecil (mikrositosis) dan nilai hemoglobin rendah (hipokromia). Oleh sebab itu, anemia gizi besi dinamakan hipokromik mikrositik.

Kekurangan zat besi pada umumnya menyebabkan pucat pasi, lemah, letih, lesu, pusing kurang nafsu makan, menurunnya kebugaran tubuh, menurunnya kemampuan kerja, menurunnya kekebalan tubuh dan gangguan penyembuhan luka. Di samping itu kemampuan mengatur suhu tubuh menurun. Pada anak-anak kekurangan besi menimbulkan apatis, mudah tersinggung, menurunnya kemampuan untuk berkonsentrasi dan belajar.

Anemia Gizi

Anemia gizi disebabkan oleh kekurangan zat gizi yang berperan dalam pembentukan hemoglobin, baik karena kekurangan konsumsi atau karena gangguan absorpsi. Zat gizi yang bersangkutan adalah besi, protein, piridoksin (vitamin B6) yang berperan sebagai katalisator dalam sintesis hem di dalam molekul hemoglobin, vitamin C yang mempengaruhi absorpsi dan pelepasan besi dari transferin ke dalam jaringan tubuh, dan vitamin E yang mempengaruhi stabilitas membran sel darah merah.