Biografi Singkat Al Khansa’ (Ibunda Para Syuhada)

Al Khansa’ memiliki kedudukan dan prestasi jihad yang mengagumkan dalam perjuangan menegakkan islam dan membela kebenaran. Beliau turut menyertai berbagai peperangan bersama kaum muslimin dan selalu mmeperoleh kemenangan.

Ketika Mutsanna bin Haritsah asy-Syaibani berangkat ke Qadisiyah di masa Umar bin Khathab, Khansa’ turut berangkat bersama keempat putranya untuk menyertai pasukan tersebut. di medan peperangan, di malam ketika para pasukan sedang bersiap menghadapi musuh, Khansa’ mengumpulkan keempat putranya untuk memberikan pengarahan kepada mereka. Ia ingin mengobarkan semangat berperang anak-anaknya, agar mereka tidak lari dari peperangan, serta agar mereka mengharapkan syahid di jalan Allah swt.

Al Khansa’ berkata, “Wahai anak-anakku, sesungguhnya kalian telah masuk islam dengan ketaatan. Kalian telah berhijrah dengan sukarela dan demi Allah, tiada Illah selain Dia. Sesungguhnya, kalian adalah putra-putra dari seorang wanita yang tidak pernah berkhianat kepada ayah kalian. Kalian juga tidak pernah memerlukan paman kalian, tidak pernah merusak kehormatan kalian, dan tidak pula berubah nasab kalian. Kalian mengetahui apa yang telah Allah janjikan bagi kaum muslimin, berupa pahala yang agung, bagi yang memerangi orag kafir. Dan, ketahuilah bahwa negeri yang kekal lebih baik dari negeri yang fana (binasa).”

Kemudian dia mengutip firman Allah dalam surat Ali Imran ayat 200, “Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung.”

Al Khansa berkata lagi, “Maka ketika datang waktu esok, jika Allah menghendaki kalian masih selamat, persiapkanlah diri kalian untuk memerangi musuh dengan penuh semangat dan mohonlah kepada Allah untuk kemenangan kaum muslimin. Jika kalian melihat perang telah berkecamuk, ketika api telah berkobar, maka terjunlah kalian di medan laga. Bersabarlah kalian menghadapi panasnya perjuangan, niscaya kalian akan berjaya dengan ghanimah (rampasan perang) dan kemuliaan atau syahid di negeri yang kekal.”

Keempat putranya mendengarkan wejangan tersebut dengan seksama. Kemudian, mereka keluar dari tenda ibunya dengan tekad kuat dan hati mantap untuk melaksanakan nasihat ibunda mereka tersebut. ketika datang waktu pagi, mereka segera bergabung bersama pasukan dan bertolak menghadapi musuh. Mereka berangkat seraya melantunkan syair.

Saudara yang paling besar bersenandung, “Wahai saudaraku, sesungguhnya ibunda, sang penasihat telah berwasiat kepada kita kemarin malam dengan penjelasan yang tenang dan gamblang. Maka bersegeralah menuju medan tempur yang penuh bahaya. Yang kalian hadapi hanyalah kawanan anjing yang sedang menggonggong. Sedang, mereka yakin bahwa dirinya akan binasa oleh kalian. Adapun kalian telah dinanti oleh kehidupan yang lebih baik. Ataukan, syahid untuk mendapatkan ghanimah yang menguntungkan.” Kemudian dia maju untuk berperang hingga ia terbunuh.

Lalu giliran anak yang kedua bersenandung, ia berkata, “Sesungguhnya ibunda yang tegas dan lugas memiliki wawasan luas serta pikiran yang lurus. Suatu nasihat darinya sebagai tanda berbuat baik terhadap anak. Maka, bersegeralah terjun di medan perang dengan jantan sehinga mendapatkan kemenangan penyejuk hati. Ataukah, syahid dengan kemuliaan abadi di Jannah Firdaus dan hidup penuh bahagia.” Kemudian dia maju berperang hingga mati syahid.

Lalu giliran putra Al Khansa’ yang ketiga bersenandung, “Demi Allah, aku tidak akan mendurhakai ibuku walau satu huruf pun. Beliau telah perintahkan aku untuk berperang. Sebuah nasihat, perlakuan baik, tulus, dan penuh kasih sayang. maka, bersegeralah terjun ke medan perang yang dahsyat hingga kalian dapatkan keluarga Kisra (kaisar) dalam kekalahan. Jika tidak, mereka akan membobol perlindungan kalian. Kami melihat bahwa kemalasan kalian adalah suatu kelemahan. Adapun yang terbunuh di antara kalian adalah kemenangan dan pendekatan diri kepada-Nya.” Kemudian, anak ketiga ini pun maju dan bertempur hingga mendapatkan syahid.

Lalu giliran putra Al Khansa’ yang terakhir bersenandung, “Bukanlah aku putra Al Khansa’, bukan milik Al Akhram, bukan pula Amru yang memiliki keagungan, jika aku tidak bergabung dengan pasukan yang memerangi Persia, maju dalam kancah yang menakutkan hingga berjaya di dunia dan mendapat ghanimah. Ataukah, mati di jalan yang paling mulia.” Kemudian dia maju berperang hingga ia terbunuh.

Ketika berita syahidnya keempat bersaudara itu sampai ke ibunya, beliau tidaklah terguncang atau meratap-ratap. Beliau justru mengatakan suatu perkataan yang luar biasa, “segala puji bagi Allah yang memuliakan diriku dengan syahidnya mereka. Aku berharap kepada Rabbku agar Dia mengumpulkan diriku dengan mereka dalam rahmat-Nya.”

Updated: 05/03/2024 — 23:03