3 Golongan Orang-Orang Yang Menyikapi Kemarahan

Dalam menyikapi kemarahan ada beberapa golongan. Yang pertama adalah yang berlebihan ketika marah, dia tidak memedulikan akal dan agama, dia tidak lagi memiliki pertimbangan dan pemikiran.

Yang kedua adalah yang menafikan amarah, dia tidak memiliki gairah dan mekanisme pertahanan diri. Siapa saja yang bersifat seperti ini berarti dia tidak akan bisa melatih jiwanya, padahal pelatihan jiwa ini sangat penting dan jadi sempurna ketika dia bisa mengendalikan amarah dan syahwat sehingga ia marah kepada dirinya sendiri karena mengikuti kecenderungan syahwat yang buruk.

Kelompok yang ketiga adalah yang paling baik, yaitu yang menyikapi amarah dengan bijak, tidak berlebihan, dan tidak menafikan kekuatan amarah.

Biasanya ketika seseorang sedang marah dan bergejolak, dia sering buta dan tuli dari nasihat yang diberikan orang lain. Hal ini disebabkan karena kemarahan naik memenuhi otaknya, sehingga fikirannya tertutup. Ini bisa menyebabkan mata tidak lagi melihat dengan jelas, telinga tak bisa mendengar dengan jelas. Dia sudah lupa dengan keutamaan dan kemuliaan dirinya sebagai manusia yang punya akal.

Darah berputar cepat mengaliri seluruh anggota tubuh karena jantung berdetak lebih cepat dari biasanya. Sehingga tekanan darah meningkat pesat dan jaringan pembuluh darah menyempit karena kelelahan menerima aliran darah yang begitu deras. Otak berusaha menahan perkembangan yang tiba-tiba itu dengan meningkatkan kinerja sistem kekebalan tubuh. Derasnya aliran darah itu menyebabkan otak kelelahan dan jaringan sarafnya tidak dapat berfungsi dengan baik dan benar.

Tanda-tanda kemarahan dapat dilihat dari perubahan warna kulit, sinar mata yang berkilat-kilat merah, dan ketidakmampuan mengendalikan perbuatan. Orang yang dikuasai amarah tidak lagi memedulikan etika, dan bertingkah laku layaknya orang gila.