Kisah Sahabat Nabi Abdullah bin Mughaffal

Abdullah bin Mughaffal termasuk golongan sahabat yang ikut melakukan Bai’atur Ridhwan atau Bai’atus Syajarah, yaitu sumpah setia yang dilakukan di bawah sebatang pohon pada suatu tempat bernama Hudaibiyah pada tahun ke-7 hijriah.

Beliau sendiri bercerita, “Aku termasuk dianatar orang-orang, dimana Rasulullah saw mengambil baiat atau perjanjian sumpah setia dari para sahabat.”

Beliau tidak pernah absen dalam perjuangan menegakkan dan menyebarkan ajaran agama islam bersama dengan Rasulullah saw hingga wafatnya, kecuali perang Tabuk.

Dia sangat bersedih ketika tidak bisa mengikuti perang Tabuk. Dia tidak ikut serta karena pada saat itu sedang musim paceklik, dan dia gagal mendapatkan kendaraan dan ongkos berperang. Beliau merasa sangat sedih sekali karena tidak bisa ikut serta dalam perang Tabuk.

Tetapi kemudian Rasulullah saw mendapatkan wahyu tentang peristiwa ini, yang akhirnya membuat wajah Abdullah bin Mughaffal kembali dalam berjihad di jalan-Nya.

Allah swt berfirman dalam surat At Taubah ayat 92:

Dan tiada (pula) berdosa atas orang-orang yang apabila mereka datang kepadamu, supaya kamu memberi mereka kendaraan, lalu kamu berkata: “Aku tidak memperoleh kendaraan untuk membawamu.” lalu mereka kembali, sedang mata mereka bercucuran air mata karena kesedihan, lantaran mereka tidak memperoleh apa yang akan mereka nafkahkan.

Pada masa pemerintahan khalifah Abu Bakar, ia ikut serta dalam menumpas kaum murtad dan yang tidak mau mengeluarkan zakat. Pada masa Utsman bin Affan, ia ikut menyebarkan islam ke wilayah-wilayah lain di Timur Tengah.

Ketika itu, Irak telah di islam kan oleh Khalifah Umar, dan beliau mengirimkan 10 orang ahli fiqih untuk mengajarkan agama di Bashrah. Abdullah bin Mughaffal adalah salah satunya.

Dalam perjuangan yang gigih demi memasukkan islam ke kawasan Tustar, beliau berhasil menjadi salah satu dari beberapa orang pertama dari kalangan pasukan islam yang pertama kali memasuki pintu gerbang kota itu. Satu persatu negeri dan daerah protektorat Romawi di Timur Tengah jatu ke tangan umat islam.

Pada masa khalifah Ali bin Abi Thalib, beliau memilih tinggan di Bashrah. Dia bertempat tinggal di dekat masjid. Disitulah ia menghabiskan sisa hidup dengan giat belajar dan beribadah hingga wafatnya.

Abdullah bin Mughaffal meninggal pada tahun 60 H pada masa khalifah Mu’awiyah bin Abi Sufyan. Jenazah beliau dishalatkan oleh Abu Barzah al Aslami r.a. sebagaimana wasiat beliau.

Atas jasanya yang luar biasa bagi perkembangan islam, Allah swt telah mengaruniakan kepada beliau nama yang kekal. Nama beliau termaktub dalam hadis-hadis, tidak kurang dari 43 hadis. Bukhari dan Muslim bersepakat atas 4 hadis darinya, sedangkan yang hanya diepakati Bukhari sendiri ada satu hadis dan Muslim sendiri satu hadis. Diantara ulama tabi’in yang menerima hadis dari riwayat beliau ialah Hasan al Bashri.

Updated: 02/03/2024 — 23:03