Inilah Kisah Sahabat Nabi Abdullah bin Ummi Maktum

Abdullah bin Ummi Maktum Tetap Ikut Berjihad Walaupun Sudah Mendapat Keringanan

Setelah perang Badar, Allah swt menurunkan ayat yang menyebutkan bahwa Allah swt mengangkat derajat kaum muslimin yang pergi berperang fisabilillah. Allah melebihkan derajat mereka yang pergi berperang atas orang-orang yang tidak pergi berperan, dan mencela orang yang tidak pergi karena ingin bersantai.

Ayat-ayat tersebut sangat berkesan di hati Abdullah bin Ummi Maktum. Ia merasa, sungguh sulit bagi dirinya untuk mendapatkan kemuliaan tersebut karena ia buta.

Lalu ia berkata kepada Rasulullah saw, “Ya Rasulullah, seandainya saya tidak buta, tentu saya pergi berperang.” Kemudian ia memohon kepada Allah swt agar Dia menurunkan ayat yang menerangkan tentang orang-orang cacat (uzur) seperti dirinya, tetapi sangat ingin ikut ambil bagian dalam peperangan.

Abdullah berdoa, “Wahai Allah, turunkanlah wahyu mengenai orang-orang yang uzur sepertiku!”

Tidak berapa lama kemudian Allah swt memperkenankan doanya.

Zaid bin Tsabit yang bertugas menuliskan wahyu berkata, “Aku duduk di samping Rasulullah saw. Tiba-tiba beliau diam, sedangkan paha beliau terletak di atas pahaku. Aku belum pernah merasakan beban yang paling berat melebihi berat paha Rasulullah saw ketika itu. Sesudah beban berat yang menekan pahaku hilang, beliau bersabda, “Tulis, hai Zaid!’ , lalu aku pun menulis.

“Tidaklah sama antara mukmin yang duduk (yang tidak ikut berperang) yang tidak mempunyai ‘uzur dengan orang-orang yang berjihad di jalan Allah dengan harta mereka dan jiwanya. Allah melebihkan orang-orang yang berjihad dengan harta dan jiwanya atas orang-orang yang duduk satu derajat. kepada masing-masing mereka Allah menjanjikan pahala yang baik (surga) dan Allah melebihkan orang-orang yang berjihad atas orang yang duduk dengan pahala yang besar.” (An Nisa ayat 95)

Zaid melanjutkan, “Ibnu Ummi Maktum berdiri seraya berkata, ‘Ya Rasulullah, bagaimana dengan orang-orang yang tidak sanggup pergi berperang (berjihad) karena cacat?’

Mendengar pertanyaan tersebut, Rasulullah saw terdiam dan paha beliau menekan pahaku, seolah-olah aku menanggung beban berat seperti tadi. Setelah beban berat itu hilang, Rasulullah saw bersabda, ‘Coba, bacakan kembali yang telah engkau tulis!’ Aku pun membaca, ‘Tidak sama orang-orang mukmin yang duduk (tidak turut berperang).’ Lalu beliau berkata, ‘Tulislah, kecuali bagi orang-orang yang tidak mampu.”

Maka turunlah pengecualian yang ditunggu-tunggu Ibnu Ummi Maktum. Meskipun Allah swt telah memaafkan Ibnu Ummi Maktum dan orang-orang yang uzur untuk tidak berjihad, namun ia enggan bersantai-santai beserta orang yang tidak ikut berperang.

Ia tetap bertekad untuk ikut perang fisabilillah. Ia berkata, “Tempatkan saya diantara dua barisan sebagai pembawa bendera. Saya akan memegangnya erat-erat untuk kalian. Saya buta, karena itu saya pasti tidak akan lari.”

Khalifah Umar bin Khatthab pada tahun 14 Hijriaah memasuki Persia. Selain menggulingkan pemerintahannya, ekspansi tersebut bertujuan menyebarkan islam dan mendirikan pemerintahan islam.

Umar kemudian memerintahkan kepada setiap gubernur dan pembesar dalam pemerintahannya untuk turut serta. Umar berkata, “Jangan ada seorang pun yang tertinggal dari orang-orang yang bersebjata, orang yang mempunyai kuda, pemberani, atau yang berpikiran tajam, melainkan dihadapkan semuanya kepadaku sesegera mungkin.”

Maka berkumpullah kaum muslimin di Madinah dari segala penjuru demi memenuhi panggilan Khalifah Umar, termasuk Abdullah bin Ummi Maktum. Khalifah Umar mengangkat Sa’ad bin Abu Waqqash menjadi panglima pasukan.

Setelah pasukan sampai di Qadisiyyah, Abdullah bin Ummi Maktum memakai baju besi dan perlengkapan perang yang sempurna. Beliau bertindak sebagai pembawa panji atau bendera kaum muslimin dan berjanji akan senantiasa mengibarkannya atau mati di samping bendera itu.

Akhirnya peperangan dengan bangsa Persia dimenangkan kaum muslimin. Dengan demikian, jatuhlah pusat kekuasaan imperium Persia yang agung ke tangan kaum muslimin. Sejak saat itu, runtuhlah mahligai Kisra nan megah namun sombong itu.

Abdullah bin Ummi Maktum gugur dalam pertempuran itu, tubuhnya ditemukan terkapar bersimbah darah di medan tempur sambil memeluk panji kaum muslimin yang ia pertahankan sampai syahidnya.

Updated: 02/03/2024 — 23:03