Kisah Singkat Abdullah Bin Mas’ud

Abdullah bin Mas’ud Memperdengarkan Suara Merdu Di Hadapan Kaum Quraisy

Setelah masuk islam dan mendengar langsung ayat-ayat suci yang dilantunkan Rasulullah saw, Ibnu Mas’ud mulai menunjukkan keahliannya dalam membela agama Allah swt.

Ibnu Mas’ud yang selama ini tidak berani lewat di hadapan salah seorang pembesar Quraisy kecuali dengan berjinjit dan menundukkan kepala, kelak di kemudian hari akan tampil dengan gagah berani di depan majelis di sisi bangunan Ka’bah. Ketika semua pemimpin Quraisy berkumpul di sana, tiba-tiba ia berdiri di hadapan mereka dan mengumandangkan suaranya yang merdu dalam melantunkan wahyu suci Ilahi, Al Qur’an.

“Bismillaahir rahmaanir rahiim. Allah yang Maha Rahman, yang telah mengajarkan Al Qur’an, menciptakan insan, dan menyampaikan kepadanya penjelasan. Matahari dan bulan beredar menurut perhitungan, sedangkan bintang dan kayu-kayuan, bersujud kepada Tuhan,” kata Ibnu Mas’ud saat memperdengarkan potongan ayat suci lewat suaranya yang merdu.

Ibnu Mas’ud Disiksa Oleh Kaum Quraisy

Setelah Ibnu Mas’ud memperdengarkan suara merdu di depan para pemuka Quraisy, mereka terpesona. Mereka tidak percaya akan pandangan mata dan pendengaran mereka. Dia yang merupakan seorang penggembala kambing dari salah seorang bangsawan dan orang miskin yang hina, sekarang bisa menunjukkan lantunan ayat-ayat suci dengan begitu memukau.

Zubair yang saat itu menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri berkata, “Yang mula-mula mendaraskan Al Qur’an di Makkah setelah Rasulullah saw adalah Ibnu Mas’ud. Pada suatu hari, para sahabat Rasulullah saw tengah berkumpul. Mereka berkata, ‘Demi Allah, orang-orang Quraisy belum lagi mendengar sedikit pun Al Qur’an ini dibaca dengan suara keras di hadapan mereka. Nah, siapakah diantara kita yang bersedia memperdengarkannya kepada mereka?’

“Maka Ibbu Mas’ud pun berkata, ‘Saya.’

“Para sahabat berkata lagi, ‘Kami khawatir akan keselamatan dirimu. Yang kami inginkan adalah seorang laki-laki yang mempunyai kerabat, sehingga mampu mempertahankan dirinya dari orang-orang itu jika mereka bermaksud jahat.’ Tapi Ibnu Mas’ud tetap bersikeras dan berkata, ‘Biarkanlah saya, Allah pasti membela.’

“Maka, datanglah Ibnu Mas’ud kepada kaum Quraisy di waktu dhuha, yakni ketika mereka sedang berada di balai pertemuan. Ia kemudian berdiri di panggung, membaca Bismillaahir rahmaanir rahiim, membacakan potongan ayat AL Qur’an dengan mengeraskan suaranya. Sambil menghadap kepada mereka, diteruskanlah bacaannya. Mereka memperhatikan Ibnu Mas’ud sambil bertanya kepada temannya, ‘Apa yang dibaca oleh anak si Ummu ‘Abdin itu? Sungguh, yang dibacanya itu ialah yang dibaca Muhammad.’

“Mereka kemudian bangkit mendatangi dan memukulnya, sedangkan Ibnu Mas’ud terus membaca ayat suci sampai batas yang dikehendaki Allah. setelah itu, dengan muka dan tubuh yang babak belur, ia kembali kepada para sahabat. Kata mereka, ‘Inilah yang kami khawatirkan tentang dirimu.’

“Ibnu Mas’ud kemudian berkata, ‘Sekarang ini, tak ada yang lebih mudah bagiku dari menghadapi musuh-musuh Allah itu! Dan, seandainya tuan-tuan menghendaki, saya akan mendatangi mereka lagi dan berbuat yang sama esok hari.’ Para sahabat pun menjawab, ‘Cukuplah demikian, kamu telah membacakan kepada mereka hal yang menjadi tabu bagi mereka.’

Updated: 02/03/2024 — 15:03