Esofagus (Pengertian, Struktur, Penyakit)

Esofagus adalah sebuah tabung berotot yang panjangnya dua puluh sampai dua puluh lima sentimeter, di atas dimulai dari farinx, sampai pintu masuk kardiak lambung di bawah. Terletak di belakang trakhea dan di depan tulang punggung. Setelah melalui torax menembus diafragma, untuk masuk ke dalam abdomen dan menyambung dengan lambung.

Esofagus berdinding empat lapis. Di sebelah luar terdiri atas lapisan jaringan ikat yang renggang, sebuah lapisan otot yang terdiri atas dua lapis serabut otot, yang satu berjalan longitudinal dan yang lain sirkuler, sebuah lapisan submukosa dan di paling dalam terdapat selaput lendir (mukosa).

Esofagus (dari bahasa Yunani: οiσω, oeso – “membawa”, dan έφαγον, phagus – “memakan”) atau kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata yang dilalui sewaktu makanan mengalir dari bagian mulut ke dalam lambung. Makanan berjalan melalui esofagus dengan menggunakan proses peristaltik.

Esofagus bertemu dengan faring – yang menghubungkan esofagus dengan rongga mulut – pada ruas ke-6 tulang belakang. Menurut histologi, esofagus dibagi menjadi tiga bagian: bagian superior (sebagian besar adalah otot rangka), bagian tengah (campuran otot rangka dan otot polos), serta bagian inferior (terutama terdiri dari otot polos). Pada beberapa penyakit kronis seperti pada Sirosis Hati, pembuluh darah esofagus bisa mengalami pelebaran yang di sebut varises esofagus.

Menelan

Menelan dilakukan setelah mengunyah, dan dapat dilukiskan dalam tiga tahap. Gerakan membentuk makanan menjadi sebuah bolus dengan bantuan lidah dan pipi, dan melalui bagian belakang mulut masuk ke dalam farinx.

Setelah makanan masuk farinx maka palatum lunak naik untuk menutup nares posterior, glotis menutup oleh kontraksi otot-ototnya, dan otot konstriktor farinx menangkap makanan dan mendorongnya masuk esofagus. Pada saat ini pernapasan berhenti, kalau tidak maka akan tersedak. Orang tak dapat menelan dan bernapas pada saat yang sama.  Gerakan menelan pada bagian ini merupakan gerakan refleks.

Makanan berjalan dalam esofagus karena kerja peristalik, lingkaran serabut otot di depan makanan mengendor dan yang di belakang makanan berkontraksi. Maka gelombang peristalik mengantarkan bola makanan ke lambung.

Tahap kedua dan ketiga pada gerakan menelan terjadi tidak atas kemauan sendiri, sedangkan pada tahap pertama, meskipun atas kemauan sendiri, sebagain besar berjalan otomatik.

Esofagus dapat terserang kardio-spasme atau akhalasia, disebabkan oleh kegagalan fungsi motorik yang berupa hilangnya gerakan peristalik di bagian bawah esofagus dan kegagalan sfinkter kardiak untuk mengendor. Gejala utama ialah disfagia (kesukaran menelan) dan regurgitasi.

Pengobatan konservatif yang berupa dengan perlahan-lahan makan makanan yang mudah ditelan adakalanya menolong. Atau usaha untuk membuka sfinkter kardiak bila perlu dapat dilaksanakan. Kalau cara ini gagal maka perlu dipertimbangkan tindakan pembedahan.

Struktur esofagus

  1. Lapisan Serosa. Merupakan lapisan terluar yang terdiri atas pembuluh darah, limfe dan saraf. Lapisan serosa pada esofagus berupa jaringan ikat. Lapisan serosa memiliki rongga-rongga kecil tempat keluarnya cairan serosa yang berfungsi sebagai pelumas gerakan otot.
  2. Lapisan Otot. Lapisan otot pada esofagus merupakan lapisan otot polos yang bekerja tanpa kita sadari. Terdapat 2 jenis serabut otot, yaitu serabut otot longitudinal (memanjang) dan serabut otot sirkuler (melingkar). Kombinasi dari kontraksi kedua jenis otot ini akan menghasilkan gerakan peristaltik usus yang berfungsi untuk memecah makanan serta membawanya ke organ pencernaan selanjutnya.
  3. Lapisan Submukosa. Berupa lapisan jaringan ikat longgar yang berisi pembuluh darah, limfe, saraf dan kelenjar lendir. Pembuluh darah di lapisan submukosa esofagus memegang peranan penting dalam mengedarkan makanan yang diserap.
  4. Lapisan Mukosa. Lapisan mukosa disusun oleh sel epitel berlapis gepeng bertingkat dan jaringan ikat tipis. Lapisan mukosa memiliki sel goblet yang dapat menghasilkan lendir. Dalam keadaan normal, esofagus tidak tahan terhadap asam lambung yang bersifat asam sehingga akan terasa seperti nyeri/seperti terbakar saat terjadi kelainan naiknya asam lambung ke mukosa esofagus.