Inilah Penyakit Yang Diakibatkan Kurang Serat Makanan

Konstipasi (sembelit)

Tidak ada seorang pun yang akan memperdebatkan perlunya masukan serat yang memadai agar kolon berfungsi normal dan terjadinya konstipasi dapat dicegah. Khasiat berbagai makanan dalam menambah berat dan volume tinja tergantung kepada tipe dan jumlah serat yang terdapat dalam makanan tersebut.

Sebagai contoh, 50 gm bekatul yang mengandung 44 persen serat dan 8% air akan menambah berat tinja sebanyak 2 kali lipat; hasil yang sama akan diperoleh bila kita memakan 1500 gm apel yang mengandung 2 persen serat dan 84% air.

Penyakit divertikulum

Ada pandangan yang mengatakan bahwa terbentuknya divertikulum adalah akibat tekanan intrakolon yang tinggi sebagai suatu reaksi terhadap konstipasi karena diet yang rendah serat. Diet dengan kandungan serat yang tinggi berhasil dipakai dalam pengobatan penyakit divertikulum; peningkatan volume tinja dan melunaknya konisten tinja akan menurunkan tekanan intrakolon sehingga meredakan gejala dan mengurangi serangan inflamasi divertikulum (divertikulitis). Tekanan intrakolon yang rendah kemungkinan pula mengurangi kecenderungan terbentuknya lebih banyak divertikulum.

Kanker usus besar

Penelitian epidemiologis membuktikan adanya kaitan antara masukan serat makanan dengan insidensi kanker usus besar. Diet yang kaya akan serat dianggap memberikan daya perlindungan terhadap kanker usus besar. Mekanisme yang dikemukakan adalah:

  • Serat mengikat bahan-bahan karsiogenik dan mengeluarkannya dari dalam usus besar.
  • Penignkatan massa tinja akan mengencerkan konsentrasi karsinogen yang ada.
  • Penurunan waktu transit akan mengurangi lamanya kolon terkena bahan karsinogenik.

Gangguan Sekunder

Hiatus hernia, hemorhoid (wasir) dan vena varikosa.

Tekanan intra-abdoen yang tinggi pada saat mengejan untuk mengeluarkan tinja yang keras turut menimbulkan semua gangguan ini. Diet tinggi serat yang menghasilkan tinja yang lebih lunak dapat mengurangi keharusan mengejan dan dengan demikian menghilangkan problem yang menyertai semua keadaan ini. Pada mereka yang memakan banyak makanan berserat, gangguan tersebut lebih jarang ditemukan.

Gangguan Metabolisme

Obesitas (kegemukan).

Peningkatan konsumsi gula dan lemak merupakan penyebab obesitas yang lebih penting daripada penurunan konsumsi serat.

Penambahan ekstra serat ke dalam makanan akan meningkatkan jumlah energi, atau kalori makanan, yang dieksresikan ke dalam tinja. Kehilangan kalori ini hanya sedikit dan nilainya bagi mereka yang hendak melangsingkan tubuh dapat diabaikan. Tindakan mengikutsertakan makanan tinggi serat yang tidak digiling halus ke dalam diet rendah kalori mempunyai dua macam keuntungan

  1. Makanan berserat merupakan makanan yang liat, sukar dicerna dan memberikan isi sehingga untuk memakannya perlu waktu lebih lama.
  2. Karena makanan berserat akan tinggal lebih lama di dalam lambung, perasaan kenyang setelah makan berlangsung lebih lama.

Diabetes mellitus

Serat dengan pengaruh paling besar terhadap penyerapan hidratarang adalah serat viskous. Serat ini terdapat secara alami dalam legumes (tanaman polong seperti buncis, kapri). Diet yang kaya akan legumes dan serat viskous, seperti diet buncis, telah digunakan untuk mengatasi penyakit diabetes mellitus dengan cara memperlambat penyerapan hidratarang.

Penyakit jantung

Kaitan antara penyakit jantung dan masukan serat masih belum jelas. Penambahan beberapa jenis serat (tidak semua jenis) akan mengubah metabolisme lipid sehingga diantara penduduk pedesaan di Afrika terlihat insidensi penyakit jantung koroner yang rendah.

Batu empedu

Sebagian serat akan mengikat asam-asam empedu. Ini berarti bahwa asam-asam empedu akan diekskresikan bersama-sama serat ke dalam tinja dan tidak mengalami penyerapan kembali serta resirkulasi ke dalam peredaran enterohepatik. Pembentukan batu empedu dapat dicegah dengan mencegah empedu tidak mengalami supersaturasi.

Kerugian adanya seat dalam diet

Defisien mineral.

Mineral kalsium, magnesium, seng, fosfor dan besi dalam makanan sebagian akan terikat pada serat. Karena makanan biasanya mengandung semua mineral ini dalam jumlah yang berlebihan, tubuh akan mampu mengadaptasi keadaan tersebut dengan menyerap lebih banyak mineral. Defisiensi mineral akan terjadi hanya kalau masukan lewat makanan terbatas dan status gizi serta cadangan tubuh sudah dalam keadaan yang jelek.

Sebagai contoh, penambahan bekatul ke dalam diet sebagian orang berusia lanjut dapat mencetuskan osteomalasia apabila dietnya rendah kalsium dan rendah masukan vitamin D, khususnya bila orang tersebut jarang terkena sinar matahari (tinggal di rumah terus).

Kembung.

Kebanyakan orang akan mengalami gejala abdomen, rasa kembung dan senak setelah meningkatkan masukan serat dalam makanan mereka. Keadaan ini terjadi akibat pembentukan gas di dalam saekum dan kolon. Enzim-enzim bakteri akan memetabolisir serat dalam saekum dan kolon, dan menghasikan gas-gas metan, hidrogen serta karbon dioksida. Jumlah gas yang dihasilkan tergantung serat yang dimakan dan adanya flora bakterial.

Serat dan gula tak terserap yang ditemukan dalam sayuran polong, seperti buncis dan kapri, akan menimbulkan lebih banyak gas daripada serat dalam bekatul. Usus besar dan bakteri di dalamnya secara berangsur-angsur akan beradaptasi dengan masukan serat yang tinggi dan problem perut kembung biasanya akan berkurang tetapi tidak akan hilang sama sekali.