Protein (Kebutuhan manusia per hari dan kandungan protein makanan)

Dalam menentukan berapa besar masukan protein yang seharusnya bagi populasi, pertama-tama perlu ditetapkan nilai kecukupan minimalnya. Selanjutnya, dikonsumsi protein yang lebih besar daripada nilai minimal ini untuk menghasilkan diet yang citarasanya dapat diterima. Para ahli juga mempertimbangkan nutrien penting lainnya, seperti vitamin B kompleks yang ditemukan bersama-sama protein dalam makanan. Dengan demikian angka terakhirnya dapat dipakai sebagai pedoman dalam perencanaan serta penilaian diet, dan tidak boleh diterapkan pada kebutuhan protein perorangan.

Kandungan Protein Makanan

Di bawah ini adalah nilai kandungan protein yang biasa kita konsumsi sehari-hari:

[table “20” not found /]

 

Sebagian protein disaranakan berasal dari makanan hewani, susu, telur, keju, ikan dan daging, yang terbaik sebagai sumber asam-asam amino esensial.

Akibat yang ditimbulkan dari kekurangan masukan atau asupan protein

Masukan protein yang pas-pasan harus dihindari, terutama pada masa-masa dimana terdapat peningkatan kebutuhan akan protein, seperti pertumbuhan, kehamilan, laktasi dan selama masa kesmebuhan dari cedera, karena kekurangan protein dapat memperlambat kesembuhan luka dan meningkatkan kerentanan terhadap infeksi.

Defisiensi protein dapat timbul sebagai akibat menderita sakit.

  1. Jika kebutuhan akan energi meningkat, seperti pada keadaan demam atau hipertiroidisme, pemakaian protein untuk menghasilkan energi dapat mengakibatkan kekurangan protein bagi pertumbuhan serta penggantian jaringan rusak; keadaan ini lebih diperburuk lagi dengan deplesi protein dari jaringan tubuh untuk membantu memenuhi kebutuhan akan energi.
  2. Luka bakar, fraktur dan bentuk-bentuk cedera lainnya, termasuk luka yang ditimbulkan oleh luka pembedahan, akan diikuti oleh periode pemecahan protein tubuhnyang melampaui masukan protein. Dengan kata lain, periode keseimbangan nitrogen yang negatif.
  3. Defisiensi dapat pula disebabkan oleh ketidakmampuan tubuh untuk menggunakan protein, seperti terjadi pada beberapa kelainan yang mengenai saluran pencernaan atau pada hati yang sakit.
  4. Defisiensi protein dapat terjado akibat pengeluaran protein yang berlebihan dari dalam tubuh, seperti terdapat pada beberapa penyakit ginjal, dan juga akibat pendarahan serta akibat terbawa dalam cairan yang mengadakan eksudasi dari permukaan luka bakar.