Puasa dan keseimbangan mekanisme mental

Ketika seseorang berpaling dari kenyataan, menciptakan sesuatu dalam pikirannya yang bertolak belakang dengan kenyataan, fungsi yang bekerja dalam dirinya adalah mekanisme mental, buka perasaan atau emosi.

Mekanisme mental seperti itu akan melamah ketika manusia berpuasa. Kika seoranf muslim berpuasa, dia akan lebih siap dalam menghadapi kondisi atau kenyataan apapun yang terjadi.

Puasa melatih jiwa dan pemikiran agar lebih siap menghadapi segala kenyataan dan dapat mengambil keputusan dengan cepat untuk meresponnya. Jiwa dan pikirang yang terlatih oleh puasa dapat segera keluar dari pertentangan batin antara nafsu dan akal.puasa juga mendorong manusia untuk selalu bersikap santun, toleran, dan mudah memafkan.

Puasa menjadi kesempatan untuk melatih diri agar selalu berfikir positif dibantu dengan pengucapan doa-doa, dzikir dan lain-lain. Hal ini sesuai dengan prinsip psikologi modern yang menyebutkan bahwa pemahaman didapatkan dari pengulangan dan bahwa pengetahuan dicapai secara bertahap. Semua bentuk pelatihan dan ibadah itu dapat meningkatkan kemampuan berfikir dan memperbaiki mekanisme mental.

Puasa menjadi ibadah sekaligus media latihan berfikir serta pelatihan jiwa untuk melepaskan diri dari kebimbangan, kegelisahan, dan tekanan jiwa. Puasa juga mempertajam akal.

Rasulullah saw menekankan kepada umatnya yang berpuasa agar menjalani puasanya dengan tenang,tidak berselisih dan bertengkar dengan orang lain, serta tidak mencampuri urusan orang lain. Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah saw bersabda, “Jika telah memasuki waktu puasa, janganlah kalian mencela, menghina, mengucapkan kekejian, dan menyebut orang lain bodoh atau fasiq. Jika orang lain mencelanya, maka katakanlah, ‘Sesungguhnya aku sedang berpuasa’.”