Puasa dan keteguhan jiwa

Allah swt berfirman dalam AL Qur’an surat al Baqarah ayat 183: Hai orang yang beriman, telah diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kalian bertaqwa.

Firman Allah di atas menegaskan hikmah puasa yang dapat menyehatkan jiwa manusai. Namu, faedah dan pengaruh yang sangat baik itu tidak akan dirasakan kecuali jika kita menjalankan puasa sesuai dengan tuntunan syariat dna memahami hakikat manusia.

Allah menciptakan manusia dari tanah liat, sebagaimana firman-Nya dalam Al Qur’an surat al Shaffat ayat 11, “Sesugguhnya Kami menciptakan mereka dari tanah liat.” Kemudian ruh ditiupkan kepadannya seperti firman-Nya dalam surat al Hijr ayat 29, “Ketika telah Kusempurnakan penciptaannya dan Kutiupkan ruh-Ku kepadanya maka tunduklah kalian bersujud kepadanya.”

Jasad maupun ruh membutuhkan makanan. Makanan untuk jasad adalah makanan dan minuman, sedangkan makanan untuk ruh adalah agama dan keimanan kepada Allah. bila keadaan jasmani dan ruhani tidak seimbang, manusia akan sakit, baik sakit jasmani maupun ruhani. Jika unsur jasmani mengalahkan unsur ruhani, maka jiwanya akan terguncang.

Apabila unsur ruhani mengalahkan unsur jasmani dengan memenuhi kebutuhan ruhani terhadapa agama dan keimanan, jiwa manusia akan tumbuh menjadi jiwa yang suci, luhur, dan mulia menyerupai malaikat, dan ia menjadi lebih dekat kepada Allah. Namun, kondisi itu harus tetap diimbangi dengan kondisi badan yang sehat.

Puasa dapat menumbuhkan kedekatan kepada Allah. Orang yang dekat kepada Allah, atau yang senantiasa merasa diawasi oleh Allah, maka jiwanya akan disucikan karena selalumelakukan ketaatan dan menjauhi kemaksiatan. Puasa mendisiplinkan jiwanya untuk terus mendekati Allah Yang Maha Suci.

Rasulullah saw bersabda, “Puasa adalah perisai”, setiap muslim berusaha memanfaatkan semua waktunya selama berpuasa untuk menjalani ketaatan dan semakin mendekati Allah dengan membaca Al Qur’an, shalat, zakat, sedekah, dan lain-lain. Dengan demikian, secara bertahap jiwanya semakin suci, luhur, mulia,sabar, selalu bersyukur, dan lain-lain.

Setiap muslim juga terus berusaha untuk menjauhi segala keburukan dan kemaksiatan, baik dalam bentuk perbuatan maupun ucapan. Seorang muslim (terlebih ketika sedang berpuasa) dilarang untuk berbohong, riya, hasud, dengki, menghina, ghibah, dan lain-lain.

Rasulullah saw bersabda: Barang siapa yang tidak meninggalkan ucapan buruk, perbuatan keji, dan kebodohan atau kesia-siaan maka Allah tidak akan memperhitungkan puasanya meskipun ia meninggalkan makanan dan minuman.

Rasulullah saw juga bersabda: Jika telah memasuki waktu puasa, janganlah kalian mencela, menghina, mengucapkan kekejian, dan menyebut orang lain bodoh dan fasiq. Jika orang lain mencelanya, katakanlah, “Sesungguhnya aku sedang berpuasa”.

Rasulullah saw juga bersabda: Berpuasalah, karena puasa dapat mengendalikan syahwat dan menjauhkan keburukan.”

Jadi kesimpulannya adalah bahwa puasa itu memberikan berbagai dampak positif bagi kesehatan jiwa orang yang melaksanakannya.