Zakat bertujuan untuk menyucikan jiwa dari kotoran sifat bakhil atau pelit, salah satu sifat buruk yang dikecam. Allah swt berfirman di dalam Al Quran surat al Taghabun ayat 16, “Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu dan dengarlah serta taatlah, dan nafkahkanlah nafkah yang baik untuk dirimu. Dan barang siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya maka mereka itulah orang-orang yang beruntung.”
Zakat termasuk ibadah pertama yang disyariatkan dalam islam untuk mengatur dan menciptakan kesejahteraan sosial serta menyeimbangkan kehidupan ekonomi masyarakat. Zakat yang dikeluarkan dari harta orang kaya dan diberikan kepada yang berhak niscaya akan mengurangi kesenjangan antara orang kaya dan orang miskin, serta meratakan kehidupan ekonomi di tengah masyarakat sehingga terwujud tradisi tolong menolong.
Zakat yang dikeluarkan dari harta seseorang tidak akan mengurangi apalagi memiskinkan orang yang berzakat. Bahkan, zakat akan menambah kebaikan dan keberkahan pada harta orang tersebut.
Dalam zakat terkandung makna tumbuh dan bertambah, sebagaimana firman Allah dala surat Saba ayat 39, “Katakanlah: ‘Sesungguhnya Tuhanku melapangkan rezeki bagi siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan menyempitkan bagi (siapa yang dikehendaki-Nya)’. Dan barang apa saja yang kau nafkahkan, Allah akan menggantinya dan Dia adalah sebaik-baik pemberi rezeki.”
Itulah janji Allah, dan Dia tidak akan mengingkari janji-Nya. Zakat akan menambah keberkahan dan kebaikan pada harta yang dizakati. Allah pasti akan mengganti hartanya itu dengan harta yang lebih banyak dan lebih baik.
Zakat akan melindungi muzaki dari bencana dan malapetaka serta membukakan baginya pintu-pintu rezeki. Orang yang berzakat juga akan memanen buah infak mereka berupa kecintaan dari orang-orang di sekitarnya sehingga mereka akan senantiasa berbuat baik kepadanya.