Dalam bukunya “Lapar Untuk Sehat”, Prof. Nikoleiv Polev mengatakan bahwa setiap orang, terutama yang tinggal di kota besar seharusnya berpuasa makan selama tiga atau empat minggu dalam setahun agar merasakan kesehatan yang sempurna sepanjang hidupnya. Periode waktu yang dianjurkannya kurang lebih sama dengan periode puasa ramadhan (padahal profesor tersebut bukan muslim). Jadi, jika kita berpuasa selama bulan ramadhan, maka tubuh kita akan menjadi lebih sehat dan lebih kuat.
Beberapa peneliti dari dunia barat mengatakan bahwa manfaat puasa sebagai obat untuk menyembuhkan berbagai penyakit melebihi efektivitas obat-obatan medis.
Seorang profesor di Universitas Moskow, Benyamin, mengatakan bahwa seandainya kita perhatikan secara seksama sistem metabolime tubuh manusia, kita akan mendapati bahwa pada waktu-waktu tertentu, tubuh menolak makanan. Seakan-akan ia mewajibkan puasa atas dirinya sendiri pada waktu tertentu sehingga terwujud keseimbangan dalam semua sistem metabolisme tubuh yang dapat menahan serangan dari luar.
Di Prancis, Dr. Helba, pada 1911 menjadikan puasa sebagai metode penyembuhan yang dipraktikkan pada waktu-waktu tertentu. Ia menganjurkan pasien-pasiennya agar menahan diri dari makanan selama beberapa hari.
Pada 1928, Dr. Dartman, menyampaikan sebuah makalah dalam simposium internasional ke-8 para dokter spesialis penyakit dalam di Amsterdam Belanda. Dalam makalahnya, ia merekomendasikan puasa sebagai terapi penyembuhan yang dijalankan selama beberapa hari. Para ahli peserta simposium itu pun bersepakat mengenai faidah puasa untuk menyembuhkan berbagai penyakit berat, terutama yang berkaitan dengan sistem pencernaan, sekresi, tekanan darah tinggi, dan penyakit yang menyerang jaringan otot.