Kelenjar tiroid adalah salah satu dari kelenjar endokrin terbesar pada tubuh manusia. Kelenjar ini dapat ditemui di bagian depan leher, sedikit di bawah laring. Kelenjar ini berfungsi untuk mengatur kecepatan tubuh membakar energi, membuat protein, dan mengatur sensitivitas tubuh terhadap hormon lainnya.
Tiroid mengeluarkan dua hormon penting, yaitu Triiodotironin (T3) dan Tiroksin (T4). Triodotironin dan Tiroksin mengatur laju metabolisme dengan cara mengalir bersama darah dan memicu sel untuk mengubah lebih banyak glukosa.
Jika Tiroid mengeluarkan terlalu sedikit Triodotironin dan Tiroksin (Hipotiridisme), maka tubuh akan merasa kedinginan, letih, kulit mengering dan berat badan bertambah. Sebaliknya jika terlalu banyak (Hipertiroidisme), tubuh akan berkeringat, merasa gelisah, tidak bisa diam dan berat badan akan berkurang.
Hipertiroidisme
Hipertiroidisme adalah sebuah istilah yang digunakan untuk mengacu pada simtoma hiperaktif dari jaringan kelenjar tiroid yang menyebabkan sintesis dan sekresi berlebih hormon tiroid.
Pada jantung, penderita hipertiroidisme mengalami peningkatan laju istirahat denyut, peningkatan kontraksi bilik ventrikular kiri, yang menyebabkan penurunan tekanan diastolik dan peningkatan tekanan sistolik. Oleh karena terjadi penurunan serum kolesterol, penderita menjadi lebih rentan terhadap gangguan ritme jantung, terutama disebabkan oleh fibrilasi atrial.
Tahap lanjutan hipertiroidisme akan menyebabkan tirotoksikosis, dan modulasi sitokina osteotrofik, seperti IL-1, IL-6, IL-8 dan TNF-α.[2]
Beberapa penyebab dari hipertiroidisme, antara lain, asupan iodina atau hormon tiroid yang berlebih, rendahnya plasma Selenium,[4] penyakit Graves, hiperplasia pada kelenjar tiroid atau hipofisis, radang tiroid, tumor pada testis atau ovarium. Beberapa komplikasi yang disebabkan hipertiroidisme antara lain, AF.
Pada hipertiroidisme dan hipotiroidisme, pria mungkin mengalami masalah kesuburan. Ketika seorang pria memiliki tiroid yang terlalu aktif, ia dapat menghasilkan sperma dengan gerakan yang buruk (motilitas rendah). Ini bisa mengganggu kemampuannya untuk menghasilkan keturunan. Perubahan-perubahan dalam sperma dikembalikan bila pengobatan dapat membawa hormon tiroid kembali normal.
Tiroid yang kurang aktif (hipotiroidisme) juga dapat menyebabkan masalah kesuburan pada pria, karena dapat menyebabkan kelebihan produksi hormon di bawah otak yang disebut prolaktin. Terlalu banyak prolaktin dapat menyebabkan penurunan produksi testosteron sehingga produksi sperma dapat terganggu. Pria dengan hipotiroidisme memiliki jumlah sperma yang rendah yang bisa mengganggu pembuahan, dibandingkan dengan kelompok kontrol. Perubahan ini umumnya dapat dipulihkan dengan pengobatan.