Ketika seorang muslim tiba di tanah Haram dan berhadapan langsung dengan Baitullah al-Atiq, kemudian berthawaf bersama saudara-saudaranya dari seluruh penjuru dunia, niscaya jiwanya akan diliputi perasaan nyaman dan damai luar biasa. Ia akan merasakan kedekatan dengan Allah swt, perasaan tersebut hanya dapat dialami tidak dapat dibayangkan. Ia juga akan merasakan kesatuan dan persaudaraan dalam islam sehingga keimanannya semakin bertambah kuat.
Walaupun hadist tentang keutamaan melihat Ka’bah tidak termasuk hadist shahih, tetapi kami akan menyebutkannya. Abu al-Syeikh meriwayatkan bahwa Aisyah r.a. berkata, “Melihat Ka’bah adalah ibadah.”
Al Dailami meriwayatkan dalam kitab al Firdaws bahwa Abu Hurairah r.a. berkata, “Ada lima ibadah: mengurangi makan, berdiam diri di mesjid, melihat KA’bah, melihat mushaf (Al Qur’an), dan memandangi wajah orang berilmu.”
Al Suyuthi, dalam kitab al-Durr al Mantsur meriwayatkan dari al Azraqi dan al Junadi bahwa Ibn Abbas berkata, “Melihat Ka’bah akan memurnikan keimanan.”
Al Azraqi dan al Junadi juga meriwayatkan bahwa Ibn al Musayyab berkata, “Siapa saja yang melihat Ka’bah disertai keimanan dan keyakinan yang benat, ia akan terlepas dari segala dosa seperti saat dilahirkan ibunya.”
Keduanya juga meriwayatkan dari jalan Zuhair ibn Muhammad bahwa Abu al Saib berkata, “Siapa saja yang melihat Ka’bah disertai keimanan dan keyakinan yang benar maka dosa-dosanya akan berjatuhan seperti dedaunan jatuh dari pohon.” Bahkan ia mengatakan bahwa orang yang hanya duduk di masjidil Haram seraya melihat Ka’bah tanpa melakukan tawaf atau pun shalat adalah lebih baik daripada orang yang shalat di sanan tetapi tidak meliha Ka’bah.
Dalam kitab Syu’ab al Iman, Ibn Abi Syaibah, al Azraqi, dan al Junadi meriwayatkan bahwa Atha berkata, “Melihat Ka’bah adalah ibadah. Kedudukan orang yang melihat Ka’bah bagaikan seorang yang mengerjakan shalat, berpuasa, dan berjihan di jalan Allah.”
Al Junadi juga meriwayatkan bahwa Atha berkata, “Melihat Ka’bah tanpa mendirikan shalat dan tawaf sebanding dengan ibadah sunah yang meliputi berdiri, rukuk, dan sujud.”