Iktikaf merupakan kesempatan bagi setiap orang untuk mengurangi dan mengendalikan hawa nafsunya terhadap segala kenikmatan duniawi termasuk makanan dan kebutuhan seksual.
Diriwayatkan bahwa pada suatu hari keluarga Umar bin Abdul Aziz menghidangkan begitu banyak makanan sehingga ia berkata, “Celakalah kalian! Perbuatan kalian seperti inilah yang menyebabkan banyak orang kelaparan. Perbuatan seperti inilah yang menghancurkan kemuliaan jiwa. Seharusnya kalian mempersiapkan diri untuk menghadapi hari yang menyengsarakan dan membuatmu kelaparan.” Maksudnya, seharusnya kita mempersiapkan diri untuk menghadapi hari akhirat ketika tak ada lagi tempat bernaung kecuali Allah swt, hari ketika orang-orang kafir terus menerus merasa haus, lapar, dan menderita.
Umar bin Khaththab berkata, “Barang siapa yang banyak makan niscaya ia tidak akan merasakan nikmatnya dzikir kepada Allah.”
Biasanya, orang yang beriktikaf adalah orang yang saleh dan berilmu. Mereka menyadari hakikat diri mereka sebagai makhluk yang hina, rendah, dan terbatas oleh ruang dan waktu. Mereka menyadari bahwa nasib dan perjalanan hidup mereka berada dalam genggaman Allah Yang Maha Kuasa.
Karena itulah, mereka tak pernah menghabiskan waktu mereka untuk sesuatu yang sia-sia dan tak berguna. Mereka menghindari perbuatan dan aktivitas yang hanya akan merusak dan memecah perhatian kepada Allah. ketika mereka beriktikaf, mereka akan berkumpul di mesjid dan aktivitas mereka berkisar pada dzikir kepada Allah dan saling berwasiat dalam ilmu dan kebijaksanaan.