Sebutkan ciri-ciri homo wajakensis

Dikutip dari Wikipedia, Homo wajakensis (Manusia Wajak) adalah manusia purba yang pernah hidup di Indonesia. Fosil Homo wajakensis ditemukan oleh van Riestchoten pada tahun 1889 di sebuah ceruk di lereng pegunungan karst di barat laut Campurdarat, dekat Tulungagung, Jawa Timur. Dan manusia wajak kedua ditemukan di tempat yang sama oleh Eugene Dubois pada tahun 1890. Manusia wajak sementara dapat disejajarkan perkembangannya dengan manusia modern awal dari akhir Kala Plestosen.

Temuan Wajak menunjukkan bahwa sekitar 40.000 tahun yang lalu Indonesia sudah didiami oleh Homo sapiens yang rasnya sukar dicocokkan dengan ras-ras pokok yang terdapat sekarang, sehingga manusia Wajak dapat dianggap sebagai suatu ras tersendiri. Diperkirakan dari manusia Wajak inilah sub-ras Melayu Indonesia dan turut pula berevolusi menjadi ras Austromelanesoid sekarang.

Pada fosil perempuan memiliki ciri muka yang datar dan lebar, akar hidung lebar dan bagian mulut menonjol sedikit. Dahinya agak miring dan di atas matanya terdapat busur kening nyata. Serta mempunyai volume otak sekitar 1.630 cc.

Pada fosil laki-laki perlekatan otot sangat nyata. Langit-langit juga dalam. Rahang bawah serta gigi memiliki ukuran yang besar. Kalau menutup gigi maka muka atas akan mengenai muka bawah. Dari tulang pahanya dapat diperkirakan tubuhnya setinggi 173 cm.

Dengan demikian manusia wajak bertubuh tinggi dengan isi tengkorak yang besar. Wajak sudah termasuk Homo sapiens, jadi sangat berbeda ciri-cirinya dengan Pithecanthropus. Manusia wajak mempunyai ciri-ciri baik Mongoloid maupun Austromelanesoid.

Makanannya sudah dimasak walaupun masih sangat sederhana. Tengkorak Homo Wajakensis memiliki banyak persamaan dengan tengkorak penduduk asli suku Aborigin di Australia. Oleh karena itu, Eugene Dubois menduga bahwa Homo Wajakensis termasuk dalam ras Australoide, bernenek moyang Homo Soloensis dan menurunkan bangsa Aborigin. Fosil Homo Wajakensis juga memiliki kesamaan dengan fosil manusia Niah di Serawak Malaysia, manusia Tabon di Palawan, Filipina, dan fosil-fosil Australoid dari Cina Selatan, dan Australia Selatan

Updated: 09/03/2024 — 19:03