Kerajaan Samudra Pasai tercatat dalam sejarah sebagai kerajaan Islam yang pertama.
Mengenai awal dan tahun berdirinya kerajaan ini tidak diketahui secara pasti. Akan tetapi menurut pendapat Prof. A. Hasymy, berdasarkan naskah tua yang berjudul Izhharul Haq
yang ditulis oleh Al-Tashi dikatakan bahwa sebelum Samudra Pasai berkembang, sudah
ada pusat pemerintahan Islam di Peureula (Perlak) pada pertengahan abad ke-9.
Perlak berkembang sebagai pusat perdagangan, tetapi setelah keamanannya tidak stabil
maka banyak pedagang yang mengalihkan kegiatannya ke tempat lain yakni ke Pasai,
akhirnya Perlak mengalami kemunduran.
Dengan kemunduran Perlak, maka tampillah seorang penguasa lokal yang bernama Marah Silu dari Samudra yang berhasil mempersatukan daerah Samudra dan Pasai. Dan kedua daerah tersebut dijadikan sebuah kerajaan dengan nama Samudra Pasai. Kerajaan Samudra Pasai terletak di Kabupaten Lhokseumauwe, Aceh Utara, yang berbatasan dengan Selat Malaka.
Kerajaan Samudra Pasai berkembang pada abad Abad 13 yang terletak di daerah Kabupaten Lhokseumauwe, Aceh Utara. Keberadaan kerajaan Samudra Pasai dibuktikan dengan adanya
a. Catatan Marcopolo dari Venetia.
b. Catatan Ibnu Batulah dari Maroko.
c. Batu nisan Sultan Malik al-Saleh.
d. Jirat Putri Pasai.
Peranan Samudra Pasai dalam bidang perdagangan adalah Dengan letak yang strategis, maka Samudra Pasai berkembang sebagai kerajaan maritim dan memiliki hegemoni atas pelabuhan-pelabuhan yang penting di Pesisir Pantai Barat Sumatera serta berkembang sebagai Bandar Transito.
Nilai yang dapat diambil dari keberadaan kerajaan Samudra Pasai adalah Nilai keterbukaan dan kebersamaan dan penghormatan kepada setiap golongan masyarakat serta prinsip kepemimpinan yang dekat dengan rakyat.
Raja-raja yang memerintah di Samudra Pasai antara lain
Sultan Malik al-Saleh (1285 – 1297).
Sultan Muhammad (Malik al-Tahir I).
Sultan Ahmad (Malik al-Tahir II).
Sultan Zaenal Abidin (Malik al-Tahir III).