Al Marwadzi menuturkan bahwa Abu Abdullah atau Ahmad, terlalu memperhatikan rasa lapar dan kefakiran. Sehingga ia berkata kepadanya, “Apakah seseorang mendapatkan pahala ketika ia mengendalikan syahwat?”
Ia menjawab, “Tentu saja, aku mendengar Ibnu Umar berkata, ‘Aku tidak pernah kenyang selama empat bulan.’”
Al Marwadzi bertanya, “Apakah hati seseorang yang selalu kenyang akan menjadi lembut?”
“Tidak.”
Muhammad ibnu Wasi’ berkata, “Siapa saja yang sedikit makannya, niscaya ia akan paham, dan semakin paham, hatinya pun menjadi lebih suci dan lembut. Sesungguhnya banyak makan akan menyempitkan semangat dan keinginannya.”
Diceritakan bahwa Ibrahim bin Adham berkata, “Barang siapa yang kokoh perutnya, kokoh pula agamanya. Barang siapa yang menguasai rasa laparnya, ia akan memiliki akhlaq yang baik. Sesungguhnya maksiat kepada Allah jauh dari rasa lapar, dekat kepada rasa kenyang, dan rasa kenyang akan mematikan hati, yang darinya berasal segala rasa senang, sedih, dan tawa.”
Dituturkan dari Utsman ibn Zaidah bahwa Sufyan al Tsauri berkata, “Jika kau ingin tubuhmu sehat, dan tidurmu sebentar, kurangilah makan.”
Imam Syafi’i berkata, “Aku tidak pernah kenyang selama 16 tahun, karena rasa kenyang membebani tubuh, menghilangkan kecerdasan, menimbulkan kantuk, dan melemahkan gairah untuk beribadah.”
Abu Ubaidah al Khawwadh berkata, “Jauhilah rasa kenyang dan cintailah rasa lapar. Jika kau kenyang, kau akan malas dan kemudian tidur. Musuh dengan mudah mendekati dan menyerangmu. Jika kau merasa lapar, kau aman dari ancama musuh.”
Luqman al Hakim berkata kepada putranya, “Hai anakku, jangan makan apa pun saat kau kenyang. Meninggalkan makanan tersebut untuk anjing adalah lebih baik daripada kau memakannya.”