Bagaimana cara menentukan arah kiblat di Indonesia

Indonesia bagian barat lebih cepat 4 jam (GMT=+07.00) dari waktu Saudi Arabia (GMT=+03.00). Jika waktu di Makkah menunjukan pukul 12.00 siang maka kota di Indonesia barat seperti Medan, Jakarta, Bandung, Surabaya dan yang lainnya telah memasuki pukul 16.00 WIB.

Posisi matahari tepat berada di atas Ka’bah berlangsung ketika lintang Ka’bah sama dengan deklinasi matahari, pada saat itu matahari berkulminasi tepat di atas Ka’bah. Kesempatan itu datang pada setiap tanggal 27 mei (tahun pendek) atau 28 mei (tahun kabisat) pukul 11.57 LMT dan tanggal 15 juli (tahun pendek) atau 16 juli (tahun kabisat) pukul 12.06 LMT.

Pada tanggal 28 mei pukul 16.18 WIB (untuk tahun pendek 27 mei) dan tanggal 16 juli pukul 16.27 WIB (untuk tahun pendek 15 juli) matahari tepat di atas kota Makkah (Ka’bah). Jika seorang pengamat melihat ke arah barat, akan terlihat matahari berada pada ketinggian lebih kecil dari 45° dari ufuk barat. Pada saat-saat tersebut matahari tegak lurus terhadap garis horizon/ufuk. Artinya, jika ditarik garis lurus dari matahari ke ufuk bar, garis itu tepat jatuh di kota Makkah.

Bila waktu Makkah (LMT) dikonversi menjadi waktu Indonesia bagian barat (WIB) maka harus ditambah dengan 4 jam 21 menit sama dengan pukul 16.18 WIB dan 16.27 WIB. Oleh karena itu, setiap tanggal 28 mei (untuk tahun kabisat) pukul 16.18 dapat mengecek arah kiblat dengan mengandalkan bayangan matahari yang tengah berada di atas kota Ka’bah. Begitu juga setiap tanggal 16 juli (untuk tahun kabisat) juga dapat dilakukan pengecekan arah kiblat dengan metode tersebut.

Jika matahari diandaikan sebagai balon terbang yang diikat ke tanah )di Makkah) secara tegak lurus maka pengamat dari kejauhan akan melihat perpanjangan benangnya ke tanah merupakan petunjuk arah posisi kota Makkah. Dengan kata lain arah datangnya bayangan yang terjadi oleh tongkat merupakan arah kiblat.