Dalil yang menjelaskan Nabi Muhammad saw mencium Hajar Aswad dan keistimewaan Hajar Aswad

Al Tirmidzi, ibn Khuzaimah, dan ibn Hibban meriwayatkan dari ibn Abbas r.a. bahwa Rasulullah saw bersabda, “Allah akan embangkitkannya (Hajar Aswad) pda hari kiamat dan ia memiliki mata untuk melihat dan lisan untuk berbicara memberikan kesaksian tentang siapa saja yang memperlakukannya dengan benar.”

Ibn Khuzaimah meriwayatkan bahwa Jabir ibn Abdullah r.a. menuturkan, “Kami memasuki Masjid (al Haram) pada waktu dhuha akhir. Kemudian aku melihat Nabi saw datang ke mesjid, menghentikan tungganganya, lalu memasuki mesjid dan mendekai Hajar Aswad. Beliau mengucapkan salam, menyentuhnya, dan air mata tampak membasahi pipinya. Setelah itu Nabi saw bertawaf, tiga putaran pertama berjalan cepat dan empat putaran terakhir berjalan biasa. Usai bertawaf ia mencium Hajar Aswad, meletakkan kedua tangannya, kemudian mengusapkan tangannya pada wajahnya.”

Perkataan yang diucapkan Umar ibn al Khaththab r.a. ketika mencium Hajar Aswad tidak berarti ia menyepelekan keistimewaan batu itu. Ia berkata seperti itu sebagai nasihat bagi umat islam agar tidak mengultuskan dan mengagungkan Hajar Aswad. Ia merasa khawatir jika orang-orang bodoh mengusap dan mencium Hajar Aswad adalah seperti yang dilakukan oleh orang musyrik di masa jahiliah. Ia lakukan tindakan yang sama ketika mengusap Rukun Yamani. Semua itu ia lakukan semata-mata untuk mengagungkan Allah Yang Maha Ia lakukan tindakan yang sama ketika mengusap Rukun Yamani.

Semua itu ia lakukan semata-mata untuk mengagungkan Allah Yang Maha Ia lakukan tindakan yang sama ketika mengusap Rukun Yamani. Semua itu ia lakukan semata-mata untuk mengagungkan Allah Yang Maha Kuasa serta mengikuti perintah Nabi saw, dan bahwa semua itu termasuk dalam syiar haji yang diperintahkan Allah untuk dimuliakan. Sesungguhnya tindakan kaum muslim mengecup dan mengusap Hajar Aswad berbeda dengan tindakan kaum musyrik di masa jahiliah, karena kaum musyrik melakukannya untuk mengagungkan dan menyembah patung dan berhala, bukan mengagungkan dan menyembah Allah.