Keutamaan shalat saat melakukan i’tikaf

Ketika kita beriktikaf, dianjurkan untuk memperbanyak ibadah. Dan salah satu ibadah yang sangat dianjurkan adalah shalat.

Muhammad ibn Imran menuturkan bahwa Muhammad ibn Simaah mengatakan, “Selama 40 tahun lamanya aku tak pernah meluputkan takbir pertama kecuali pada hari kematian ibuku.” Ia menyadari segale keterbatasan dan kerendahan dirinya sebagai manusia ciptaan Allah sehingga ia menjadikan iktikaf sebagai saran untuk mentransformasi jiwanya menjadi lebih baik dan sempurna. Baginya, ketinggalan takbiratul ihram merupakan kesalahan besar yang benar-benar disesalinya sepanjang hidup. Karena itu, agar tidak pernah ketinggalan lagi takbiratul ihram, ia memutuskan untuk tinggal di dekat mesjid.

Ibn Wahab berkata, “Aku melihat (Sufyan) al-Tsauri mengerjakan shalat di Masjidil Haram setelah maghrib. Usai shalat, ia bersujud dan tidak mengangkat kepalanya hingga tiba waktu isya.

Mujahid berkata, “Ketika salah seorang diantara mereka mengerjakan shalat, seakan-akan Allah Yang Maha Pengasih menghalangi pandangannya, sehingga ia tidak melihat dan berpaling kepada sesuatu pun. Ketika mengerjakan shalat, seakan-akan dirinya hilang dari realitas disekelilingnya. Ia bagaikan orang yang lupa atau tidak sadar.” Ungkapan Mujahid ini mengambarkan keadaan para kekasih Allah ketika mereka shalat dan berdzikir kepada-Nya.

Inimerupakan tingkatan mulia yang harus diupayakan oleh setiap orang dalam shalatnya. Jika seseorang telah mencapai tingkat kekhusyukan itu, ia harus berupaya menjaganya agar setiap saat selalu merasa dekat kepada Allah. Salah satu cara yang bisa dilakukan untuk mencapai tingkat kekhusyukan itu adalah memerangi nafsu sehingga ia benar-benar tunduk kepada kekuasaan Allah, tidak tunduk kepada hasrat dunia, kemudian menghubungkan jiwa kita kepada Allah dengan menjalankan ibadah secara tumakninah, khusyuk dan penuh rasa takut.

Dalam perjuangan ini,orang yang beriktikaf memiliki kelebihan dibanding orang lain karena ia punya kesempatan lebih banyak untuk berhubungan dengan Allah dan memutuskan diri dari segala hasrat atau keinginan duniawi. Ia dapat memanfaatkan saat-saatiktikafnya, terutama pada bulan ramadhan untuk meningkatkan kualitas kekhusyukannya.