Orang yang iktikaf harus menahan diri dari makan, minum dan hubungan badan

Orang yang sedang melakukan iktikaf, selain memperbanyak dzikir dan melakukan shalat, juga harus menahan diri dari berbagai hal yang mubah, seperti makan, minum, dan hubungan badan, serta mengobrol dengan orang lain. Menahan diri dari segala sesuatu yang dibolehkan (mubah)  merupakan salah satu bentuk pendisiplinan jiwa yang sangat baik.

Sebab, jika seseorang telah terlatih untuk menahan diri dari segala yang mubah, niscaya ia akan memiliki kemampuan untuk menahan diri dari segala sesuatu yang terlarang dan diharamkan oleh syariat.

Salah satu hal mubah yang seharusnya tidak dilakukan oleh muktatif adalah banyak cakap atau terlalu banyak berbincang-bincang dengan orang lain. Umar bin Abdul Aziz menulis surat kepada beberapa sahabatnya, yang diantaranya berbunyi, “Amma ba’du. Sesungguhnya siapa saja yang lebih banyak mengingat mati niscaya akan meridhai dunia meskipun hanya (mendapat) sedikit. Dan barang siapa yang banyk beramal dan beribadah, niscaya ia tidak akan banyak bicara, kecuali untuk urusan yang bermanfaat baginya. Wassalam.”

Atha ibn Abi Ribah berkata, “Hai anak saudaraku! Sesungguhnya orang-orang sebelum kalian tidak menyukai obrolan yang sia-sia, berlebihan, tanpa makna. Dan mereka menghitung kelebihan ucapan dan pembicaraan mereka sebagai waktu yang terbuang sia-sia kecuali ucapan membaca Al Qur’an atau pembicaraan tentang agama, atau pembicaraan amar ma’ruf nahi munkar, atau pembicaraan tentang kebutuhan hidup yang harus dipenuhi. Apakah kau mengingkari bahwa sesungguhnya ada malaikat tang mengawasi dan menulis segala sesuatu yang kau lakukan?”

Selain banyak bicara, seorang muktatif juga menghindari perbuatan mubah lainnya, yaitu makan dan minum. Ibrahim ibn Adham mengatakan, “Barang siapa yang ketat perutnya, niscaya ketat pula agamanya. Barang siapa yang kuat menahan rasa lapar, niscya ia akan memiliki akhlak yang mulia. Sesungguhnya maksiat kepada Allah akan menjauhi orang yang lapar, dan lebih dekat kepada orang yang kenyang.”

Mengurangi makan dan minum akan melembutkan hati, menghancurkan hawa nafsu, melemahkan amarah dan syahwat, serta melepaskan seseorang dari belenggu kemalasan dan kejumudan.

Dikisahkan bahwa Luqman berkata kepada putranya, “Hai anakku, jika perutmu penuh, pikiranmu akan tidur, kebijaksanaanmu mengering, dan anggota tubuhmu tak dapat digerakkan untuk beribadah.”

Ibn al Qayyim berkata, “Makan dan minum berlebihan akan mendorong manusia kepada berbagai keburukan, menggerakan anggota tubuh kepada kemaksiatan, dan menjauhkannya dari ketaatan. Cukuplah keburukan itu menahanmu dari makan berlebihan.