Inilah 6 Kebijakan Daendels

Herman Willem Daendels, (lahir 21 Oktober 1762, Hattem, Gelderland, Neth. — meninggal 2 Mei 1818, Elmina, Gold Coast [sekarang Ghana]), tentara yang bertempur dengan perbedaan dalam tentara Republik Batavia (Belanda Republik yang didirikan oleh Revolusioner Prancis) dan kemudian dengan kemampuan mengelola milik Belanda Timur India.

Daendels adalah seorang pengacara di kota asalnya; ia memimpin Gerakan Patriot di sana melawan William V of Orange, stadtholder dari United Provinces (Belanda). Pada 1787 ia membantu membela Amsterdam melawan Raja Frederick William II dari Prusia, yang telah campur tangan atas nama Orangis. Diasingkan di Prancis setelah kekalahan Patriot, ia bergabung dengan pasukan Revolusi Perancis dan, pada tahun 1793, ikut serta dalam invasi Prancis ke Belanda.

Pada awal periode Republik Batavia, Daendels dua kali membantu menggulingkan pemerintah Provinsi Serikat dengan kekerasan (Januari dan Juni 1798). Pada tahun 1799 Daendels, yang telah mencapai pangkat letnan jenderal, berhasil memimpin pasukan Belanda di Alkmaar, Neth., Melawan pasukan Anglo-Rusia yang mencoba melepaskan Belanda dari Revolusi Prancis.

Dia diangkat menjadi gubernur jenderal koloni dan harta milik Asia pada tahun 1807 oleh Louis Bonaparte, yang pada waktu itu adalah raja Belanda. Pemerintahan Daendels mengakhiri penyalahgunaan keuangan dari bekas Perusahaan India Timur Belanda dan membangun jalan raya utama melalui Jawa. Dari 1815 ia memerintah, atas nama kerajaan baru Belanda, milik Belanda di pantai barat Afrika.

Untuk mendapatkan dana, Daendels menetapkan beberapa peraturan:

  • penyerahan pajak berupa hasil bumi (Contingenten),
  • kewajiban menjual hasil bumi hanya kepada pemerintah Belanda dengan harga yang telah ditetapkan (Verplichte Leverantie), dan
  • kewajiban yang ditetapkan kepada rakyat Priangan untuk menanam kopi (Prianger Stelsel).

Daendels dalam melaksanakan tugasnya melakukan beberapa hal, diantaranya sebagai berikut.

  • Membuat jalan raya dari Anyer sampai Panarukan dengan kerja rodi (kerja paksa),
  • Membangun pabrik senjata di Semarang, dan
  • membangun pangkalan armada laut di Merak dan Ujung Kulon.