Ketika seorang mukmin menjalankan ibadah haji satu kali sepanjang hidupnya, sebenarnya dia tengah menapaki jejeak-jejak ruhani yang dulu ditorehkan oleh Nabi Ibrahim a.s. bersama Hajar dan Ismail a.s.
Lebih jauh lagi, ia tidak hanya mendapatkan manfaat ruhani, tetapi juga merasakan faedah lain berupa kesehatan tubuh, pengetahuan yang lebih luas, kesabaran menghadapi kesulitan, dan semakin meningkatnya kepercayaan diri. Dengan begitu, ia akan semakin yakin pada dirinya sendiri dan menyadari segala realitas yang terjadi di sekitarnya.
Persaudaraan yang terjalin antara sesama muslim dari berbagai golongan, bangsa, etnis, dan tingkatan sosial yang berbeda-beda akan menumbuhkan kecintaan dalam jiwa setiap orang kepada orang lain. Jiwa kemanusiaan dan jiwa sosial akan menghilangkan kedengkian, kebencian, dan dendam. Satu sama lain akan saling menyayangi dan saling mencintai. Semua perasaan itu akan mempengaruhi kesehatan jiwa mereka.
Ibadah haji yang disyariatkan dalam islam, dengan konsep dan ajaran yang sederhana, mampu menyatakan berbagai keragaman kaum muslim yang datang dari berbagai pelosok dunia. Ibadah haji menumbuhkan kepercayaan dan kekuatan kaum muslim bahwa mereka memiliki saudara di berbagai pelosok dunia yang siap untuk membantu dan menolong sesama mereka.
Dengan begitu, mereka bisa menjalani kehidupan dengan perasaan yang nyaman dan tenang. Karena itulah Rasulullah saw bersabda, “Siapa saja yang mendatangi rumah ini kemudian ia tidak melakukan dan mengucapkan kekejian, ia akan pulang (ke negerinya) bagaikan bayi yang baru dilahirkan ibunya.”
Rasulullah saw bersabda, “Tidak ada hari yang lain yang di dalamnya Allah melepaskan lebih banyak manusia dari neraka kecuali hari Arafah. Dan sesungguhnya Dia akan merendah kemudian membanggakannya di hadapan malaikat.”
Rasulullah saw juga bersabda, “Tunaikanlah ibadah haji dan umrah secara beriringan, karena keduanya akan menghilangkan kefakiran dan dosa sebagaimana api menyepuh besi, emas, dan perak. Dan tidak ada balasan lain bagi haji yang mabrur kecuali surga.”