Khusyuk Dalam Shalat Dapat Meringankan Rasa Sakit

Khusyu’ adalah ketundukan. Ini adalah pengertian shalat khusyu’ secara bahasa, sebagaimana disebutkan dalam kamus Munawir. Karena memang pada shalat khusyu’, sampailah kesadaran jiwa pada pengakuan Allah sebaga zat yang maha tinggi. Maka dia tunduk pada pengakuan itu, pasrah, tidak hendak berontak sedikitpun. Lalu sebagai imbalannya  dia akan merasakan kenyamanan atas ketundukannya ini.

pengertian lain khusyu’ secara bahasa adalah ketenangan. Karena khusyu’ membuat hati kembali pada fitrahnya. Hati yang sebelumnya banyak berkutat dengan urusan duniawi, ambisi meraih kedudukan, terkotori oleh nafsu setan, akan kembali pada wilayah aslinya yang penuh ketenangan, jauh dari kekeruhan, kekotoran, dan kerumitan.

Adapun pengertian khusyu’ dari segi istilah, bisa kita lihat dari uraian para ulama. Al-Qurthubi mengatakan, “khusyu’ adalah keadaan di jiwa yang tampak pada anggota tubuh dalam bentuk ketenangan dan kerendahan.” Senada dengan ini adalah apa yang diucapkan Imam Atha’, “khusyu’ artinya tidak sedikitpun seseorang mempermainkan salah satu anggota tubuhnya.”

Sedang Ibnu Abbas memberi pengertian khusyu’ dengan berpendapat, “Artinya penuh rasa takut dan khidmad” Meskipun penjelasan ulama ahli tafsir al-Quran ini singkat, namun maknanya sangat mendalam. Shalat khusyu’ memunculkan perasaan takut. Yaitu takut akan dirinya yang banyak dosa sedang menghadap Allah. Takut ketika meresapi bacaan shalat tentang azab dan jauhnya dari rahmat. Dan juga takut apabila tidak mendapat perlindungan dari Allah. Khusyu’ juga memunculkan khidmat, semacam ketenangan di jiwa dan anggota badan seperti penjelasan al-Qurthubi dan Imam Atha’ sebelumnya.

Meditasi yang dilakukan secara teratur dapat meringankan rasa sakit yang diderita seseorang sekaligus juga meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Kekhusyukan membantu manusia untuk menanggung dan meringankan rasa sakit. Kekhusukan merupakan metode paling efektif untuk melatih kesabaran dan pengendalian emosi.

Sel-sel otak itu membutuhkan meditasi, tafakur, atau perenungan setiap saat sehingga sel-sel itu bisa aktif bekerja bahkan lebih peka dan lebih kuat. Orang yang terbiasa merenung, bermeditasi, dan khusyuk dalam ibadah cenderung lebih kreatif dan inovatif. Di sinilah dapat dipahami makna firman Allah dalam Surat Ali Imran ayat 190-191:

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, serta perubahan malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berfikir, yaitu orang yang mengingat Allah dalam keadaan berdiri, duduk, dan berbaring seraya memikirkan penciptaan langit dan bumi. (Mereka berkata),’Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini dengan sia-sia’.”