Metode penetapan arah kiblat dan bentuk bangunan Ka’bah

Seorang astronom muslim, Nashiruddin al Thusi mengatakan bahwa ada beberapa cara yang bisa dipergunakan oleh umat muslim untuk menentukan arah kiblat. Salah satu yang sederhana adalah dengan mengamati posisi matahari. Sesungguhnya matahari berada di posisi tepat di atas Ka’bah pada waktu tertentu sekitar 8 derajat dari rasi Gemini, dan 23 derajat dari rasi cancer pada waktu siang hari di sana. Selisih antara separuh siang di Makkah dan separuh siang di negeri-negeri lainnya berbanding dua kali lipat. Maka, ambillah selisih antara keduanya, lalu tambahkanlah untuk dua rasi satu jam dan untuk rasi lain empat menit.

Metode penetapan arah kiblat dengan memperhatikan bayangan yang ditimbulkan oleh sinar matahari merupakan metode paling akurat yang bisa dilakukan oleh siapa pun dari pelosok bumi mana pun. Ini menjelaskan bahwa penetapan posisi Ka’bah yang mulia di Makkah al Mukaramah bersesuaian secara sempurna dengan fungsinya sebagai kiblat shalat seluruh umat muslim di dunia. Menghadap ke arah kiblat meniscayakan kita untuk mengetahui cara dan metode penetapan arah kiblat dari posisi mana pun di pelosok bumi mana pun.

Pada masa kehidupan Nabi Muhammad saw, Ka’bah merupakan sebuah bangunan kecil dengan bentuk persegi panjang tanpa atap. Bangunan itu memiliki 4 dinding yang tingginya lebih sedikit dari tinggi rata-rata manusia dewasa. Ini merupakan riwayat ibn Hisyam, atau sekitar 4,5 metera menurut riwayat al Azraqi. Ka’bah dibangun dengan batu-batu biasa tanpa lumpur. Masih menurut riwayat al Azraqi, dinding arah timur laut adalah 32 hasta, dinding arah barat laut adalah 22 hasta, dinding arah barat daya 31 hasta, dan dinding arah tenggara adalah 20 hasta. Bangunan yang kecil dan sederhana ini terletak tepat di tengah-tengah lembah yang disebut lembah Bakkah (Makkah).

Jadi, dapat dikatakan bahwa bangunan Ka’bah pada awalnya berbentuk trapesium.