Pengertian Senyawa Biner dan Contohnya

Selamat berjumapa kembali kawan-kawan. Pada pembahasan kali ini saya akan mencoba menjelaskan secara singkat mengenai senyawa biner. Artikel ini dikutip dari Situs Wikipedia. Okay, selamat menyimak.

Sebuah senyawa biner adalah senyawa kimia yang mengandung tepat dua unsur yang berbeda. Contoh senyawa ionik biner antara lain kalsium klorida (CaCl2), natrium fluorida (NaF), dan magnesium oksida (MgO), sementara contoh senyawa kovalen biner antara lain air (H2O), dan belerang heksafluorida (SF6).

Dalam kelompok senyawa biner hidrogen, sebuah asam biner meliputi sebuah atom hidrogen yang terikat pada atom lain yang biasanya berada pada golongan 7 tabel periodik. Termasuk di dalamnya adalah klorin, fluorin, bromin, iodin, dan astatin. Termasuk pula unsur lain seperti belerang, telurium, polonium, selenium, dan arsenik.

Konvensi penamaannya (dalam Bahasa Inggris) adalah:

“Hydro-” + Nonlogam + “-ic” + “acid”

Contohnya adalah HCl: hydrochloric acid atau yang dalam Bahasa Indonesia dikenal dengan asam klorida. Jika asamnya berada dalam bentuk gas atau anhidrat, akhiran “-ic” diganti dengan “-ide” dan kata-kata “acid” dihilangkan.

Senyawa kovalen biner

Bahasa Inggris: Nonmetal X + Nonmetal Y + “-ide.” Bahasa Indonesia: Nonlogam X + Nonlogam Y + “-ida.”

Tambahkan awalan Latin yang sesuai pada masing-masing nama unsur untuk menyatakan jumlah atom masing-masing unsur yang terdapat dalam molekul senyawa tersebut. Metode ini umumnya tidak digunakan untuk senyawa ionik (lihat di bawah). Misalnya, K2O biasanya tidak disebut sebagai dikalium monoksida (dipotassium monoxide); tetapi cukup disebut kalium oksida (potassium oxide). Alasan disebut kalium oksida adalah bahwa kalium oksida merupakan senyawa ionik biner, sehingga mengikuti aturan untuk senyawa ionik biner. Namun, P4O6 disebut tetrafosfor heksosida (tetraphosphorus hexoxide). Beberapa unsur yang dimulai dengan vokal (Oksigen, misalnya) menggantikan vokal di akhir awalannya; mono- + oksida = monoksida, O4 = tetroksida, O5 = pentoksida, dan seterusnya.

Senyawa ionik biner

Sebuah senyawa ionik biner adalah garam yang mengandung hanya dua unsur yang keduanya berupa ion, sebuah kation (yang memiliki muatan positif) dan sebuah anion (yang mempunyai muatan negatif). Ketika memberi nama senyawa-senyawa ini, komposisinya harus diperhatikan. Senyawa ionik biner tipe 1 adalah senyawa-senyawa yang kationnya hanya memiliki satu bentuk, atau muatan. Senyawa ionik biner tipe 2 adalah senyawa-senyawa yang kationnya dapat memiliki beberapa bentuk.

  1. Kation (dalam banyak kasus adalah logam) didaftarkan pertama dan anion (yang umumnya nonlogam) didaftarkan kedua.
  2. Kation mengambil nama bentuk unsurnya. Misalnya, Li+ disebut sebagai “Litium”.
  3. Nama anion menggunakan bagian awal nama unsurnya, dan dilanjutkan dengan penambahan akhiran “-ida”. Misalnya, Br akan disebut sebagai “Bromida”. Contoh: LiF (yang tersusun dari kation Li+ dan anion F) = litium fluorida; BaO (yang tersusun dari kation Ba2+ dan anion O2−) = barium oksida.

Jika logam yang digunakan adalah logam transisi kecuali Al3+, Zn2+, Ag+, tahapannya mengikuti pola seperti senyawa ionik biner tipe 1, tetapi, karena kationnya dapat mengalami berbagai tingkat muatan, muatannya harus ditulis di dalam kurung dalam huruf Romawi di belakang nama kationnya. Contohnya: CoO (yang tersusun atas kation Co2+ dan anion O2−) = kobalt(II) oksida; FeN (yang tersusun dari kation Fe3+ dan anion N3−) = besi(III) nitrida.

Perlu dicatat bahwa ada cara lain dalam memberi nama senyawa ionik biner tipe 2 yang tidak umum. Ini melibatkan penggunaan nama Latin untuk kationnya. Kation tipe 2 yang umum meliputi besi, tembaga, kobalt, timah, timbal, dan raksa.

Kation + Anion + “-ida” (untuk anion yang mengandung unsur tunggal, misalnya nitrida).

Jika dimungkinkan terdapat banyak senyawa, tingkat oksidasi kation ditambahkan di belakangnya dalam angka Romawi (tembaga(II) sulfat), atau nama kation (dalam bahasa Latin) diberi akhiran “-o” (untuk tingkat oksidasi yang lebih rendah) atau “-i” (untuk tingkat oksidasi yang lebih tinggi). Sebagai contoh: tembaga(I) sulfida = kupro sulfida, tembaga(II) sulfida = kupri sulfida