Penyebab Pertempuran Surabaya

Pertempuran Surabaya tanggal 10 nopember diperingati sebagai hari pahlawan. Berikut ini penjelasan singkat mengenai penyebab pertempuran Surabaya.

Setelah berakhirnya Perang Dunia II, kekuatan Sekutu ditugaskan untuk memulangkan pasukan Jepang yang tersebar di berbagai tempat di Asia. Pasukan Inggris mulai mendarat di Indonesia saat ini pada bulan September / Oktober 1945. Kepentingan utama mereka adalah mengamankan pasukan Jepang dan senjata mereka, menyelamatkan tawanan perang dan menjaga ketertiban. Pemerintah Belanda melihat ini sebagai kesempatan untuk mendapatkan kembali harta kolonial mereka dan mendukung pasukan Inggris. Ketika pasukan Inggris mengamankan penyerahan pasukan Jepang, Belanda mulai membangun kembali pijakan mereka.

Di sisi lain, kaum nasionalis di Indonesia tidak melewatkan kesempatan yang disajikan oleh kekosongan kekuasaan. Hanya 2 hari setelah Jepang menyerah, Indonesia telah memproklamasikan kemerdekaan. Republik yang baru lahir dengan cepat mengambil alih senjata Jepang dan membentuk pemerintahan. Maka ketika Inggris tiba, Indonesia sudah memiliki presiden, kabinet dan tentara (dalam bentuk tentara reguler, berbagai kelompok bersenjata dan milisi). Upaya Belanda untuk kembali ketika penguasa Indonesia memicu konflik.

Inggris enggan untuk menghadapi republik baru, karena itu bukan dalam misi asli mereka. Inggris juga mewaspadai potensi konflik lain setelah WW2 yang tidak menguntungkan mereka. Beberapa negosiasi telah dilakukan dengan pemerintah baru Indonesia. Di Surabaya, ketegangan berkobar ketika orang Indonesia, setelah mengamankan senjata Jepang, menentang upaya melucuti senjata mereka. Dalam serangkaian kesalahpahaman, seorang Brigadir Jenderal Inggris terbunuh (A.W.S Mallaby).

Pertempuran Surabaya akan menjadi yang terakhir kalinya Inggris melawan Indonesia dalam pertempuran besar. Setelah mengambil Surabaya setelah pertumpahan darah, Inggris tidak tertarik untuk terlibat dengan desain kolonial Belanda, dan mereka segera pergi. Maka dimulailah Perang Kemerdekaan Indonesia.

Perang Surabaya, umumnya dikenal sebagai Pertempuran Surabaya, terjadi pada 10 November 1945 di Surabaya. Itu dianggap sebagai salah satu momen bersejarah dalam sejarah Indonesia. Pertempuran ini tidak hanya dianggap sebagai salah satu pertempuran terbesar dalam sejarah Indonesia tetapi juga dianggap sebagai titik balik bagi Belanda karena pertempuran ini mengejutkan Belanda yang tidak menyadari kekuatan bangsa Indonesia.

Kisah perang Surabaya yang terjadi di Surabaya dianggap sebagai bagian dari rangkaian peristiwa yang dimulai dengan kedatangan Pasukan Sekutu pada tanggal 25 Oktober 1945, dipimpin oleh Brigadir Jenderal A.W.S. Mallaby. Pada 25 Oktober 1945, Brigade 49 di bawah komando Brigadir Jenderal A.W.S. Mallaby mendarat di Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya.

pertempuran surabaya

Sementara itu, brigade ini adalah bagian dari Divisi Hindia ke-23 di bawah komando Jenderal D.C. Hawthorn. Brigade ini ditugaskan untuk melucuti senjata tentara Jepang dan menyelamatkan tentara Pasukan Sekutu. Pasukan ini memiliki 6.000 personil di mana sebagian besar perwira adalah orang Inggris sedangkan para prajurit adalah para Gurkha dari Nepal yang memiliki pengalaman luar biasa dalam pertempuran.

Kedatangan Pasukan Sekutu

Orang-orang Jawa Timur dan pemerintahannya di bawah komando Gubernur R.M.T.A. Suryo awalnya enggan menerima kedatangan Pasukan Sekutu. Setelah itu, delegasi dari pemerintah Republik Indonesia melakukan pertemuan dengan Brigadir Jenderal A.W.S. Mallaby dan kedua belah pihak membuat perjanjian dengan poin-poin seperti yang tercantum di bawah ini.

  1. Inggris berjanji untuk melibatkan Pasukan Militer Belanda.
  2. Kesepakatan dalam menciptakan kolaborasi antara kedua belah pihak untuk menjamin keamanan dan perdamaian.
  3. Agen kontak akan dibentuk sehingga kolaborasi akan berjalan dengan baik.
  4. Inggris hanya akan melucuti Jepang.

Pada 26 Oktober 1945, Pasukan Sekutu terbukti melanggar perjanjian dengan melakukan penyergapan ke Penjara Kalisosok. Pasukan Sekutu membebaskan para tahanan Belanda di mana salah satunya adalah Kolonel Huiyer. Tindakan ini diikuti oleh penyebaran pamflet yang berisi perintah bagi orang-orang Surabaya untuk menyerahkan senjata mereka. Orang-orang Surabaya dan Tentara Keamanan Rakyat bertekad untuk mengusir Pasukan Sekutu dari Indonesia dan tidak akan pernah menyerahkan senjata mereka.

Pasukan Sekutu Menyerang Penjara Kalisosok

Pada tanggal 27 Oktober 1945, Pasukan Sekutu dengan kekuatan satu peleton menyerang Penjara Kalisosok untuk membebaskan seorang Kolonel Angkatan Laut Belanda bernama Kolonel Huiyer dan para petugas Bantuan Tahanan Perang dan Interniran Sekutu (RAPWI) yang terpikat oleh pemerintah Indonesia.

Selain itu, Pasukan Sekutu juga menduduki tempat-tempat strategis di Surabaya seperti Pelabuhan Tanjung Perak, Bank Internasional, dan Kantor Pos Pusat. Tindakan ini yang dilakukan oleh Pasukan Sekutu memicu pertempuran. Pada 27 Oktober 1945, pukul 14.00, baku tembak pertama terjadi antara pemuda Surabayan dan Pasukan Sekutu.

Keesokan harinya, 28 Oktober 1945, orang-orang Surabaya menyerang hampir setiap pos Pasukan Sekutu yang berlokasi di Surabaya. Pasukan Sekutu menjadi kewalahan dan kemudian meminta bantuan dari para pemimpin Indonesia di Jakarta untuk menghentikan pertempuran di Surabaya.

Presiden Soekarno Bernegosiasi dengan Mallaby

Pada 31 Oktober 1945, Presiden Soekarno didampingi oleh Wakil Presiden Drs. Mohammad Hatta dan Menteri Penerangan Amir Syariffudin datang ke Surabaya. Mereka kemudian bernegosiasi dengan Mallaby. Kedua belah pihak merumuskan hasil negosiasi sebagaimana tercantum di bawah ini.

  1. Flysheets dan pamflet dianggap tidak berlaku.
  2. Serikat mengakui keberadaan TKR dan Kepolisian Indonesia.
  3. Semua bagian dari Kota Surabaya tidak lagi dijaga ketat oleh Union sedangkan kamp tahanan dijaga bersama oleh The Union dan TKR.
  4. Pelabuhan Tanjung Perak dijaga bersama oleh TKR, The Union, dan Kepolisian Indonesia.

Negosiasi menghasilkan keputusan untuk menghentikan pertempuran. Dalam negosiasi itu, anggota Komite Kontak dari kedua belah pihak juga dipilih. Setelah negosiasi selesai, Presiden Soekarno dan rombongannya meninggalkan Surabaya. Meskipun gencatan senjata dinegosiasikan, baku tembak masih terjadi di beberapa tempat. Komite Kontak mengunjungi tempat-tempat di mana pertempuran masih terjadi segera untuk menghentikan mereka.

Namun, ketika Komite Kontak mengunjungi gedung Bank Internasional di Jembatan Merah, insiden terjadi. Bangunan ini masih ditempati oleh Pasukan Sekutu. TKR dan pasukan paramiliter menuntut pasukan Mallaby untuk menyerah. Tapi Mallaby menolak permintaan itu. Acara ini diikuti oleh baku tembak yang lebih besar dan berakhir dengan pembunuhan Mallaby.

Kematian Mallaby

Dengan terbunuhnya Mallaby, Inggris menuntut akuntabilitas kepada masyarakat Surabaya. Insiden pembunuhan Mallaby telah mendorong Pasukan Sekutu mengirim pasukan dalam jumlah besar ke Surabaya. Pasukan baru ini berada di bawah komando Mayor Jenderal R.C. Mansergh.

Setelah itu, pada tanggal 9 November 1945, pemimpin Pasukan Sekutu melepaskan ultimatum untuk orang-orang Surabaya dan menuntut agar semua pemimpin dan orang Indonesia yang bersenjata harus melaporkan dan menyerahkan senjata mereka di tempat-tempat yang ditentukan dan setelah itu mereka harus menyerah oleh mengangkat tangan mereka. Pada 9 November 1945, Mayor Jenderal R.C. Mansergh sebagai penerus Mallaby merilis ultimatum untuk orang Indonesia di Surabaya.

Isi dari ultimatum ini adalah permintaan kepada semua orang Surabaya dan para pemimpin mereka untuk menyerah dan menyerahkan senjata mereka, mengibarkan bendera putih, dan berbaris dengan tangan di atas kepala mereka. Jika pada pukul 06.00 ultimatum itu masih diabaikan, maka Inggris akan mengumpulkan semua pasukan militernya. Ultimatum ini dianggap sebagai penghinaan terhadap martabat rakyat Indonesia. Karena itu, masyarakat Surabaya menolak ultimatum ini secara resmi melalui pernyataan yang dirilis oleh Gubernur Suryo.

Terjadinya Perang Surabaya

Karena penolakan ultimatum itu, perang terjadi pada 10 November 1945. Melalui siaran radio yang dikirim dari Jalan Mawar No. 4, Bung Tomo memicu semangat rakyat Surabaya untuk berperang. Baku tembak pertama terjadi di Perak hingga pukul 18.00. Pasukan Sekutu di bawah komando Jenderal Mansergh mengerahkan satu divisi infantri dengan 10.000 hingga 15.000 pasukan yang didukung dengan serangan dari laut oleh penjelajah kapal perang “Sussex” dan pesawat tempur “Nyamuk” dan “Thunderbolt”.

Dalam perang Surabaya ini, pasukan dari Pasukan Sekutu mengerahkan lebih dari satu divisi infantri yang merupakan Divisi Hindia ke-5 bersama dengan sisa Brigade Mallaby dengan total personil sekitar 15.000 tentara. Mereka didukung oleh meriam di kapal penjelajah kapal perang Sussex dan beberapa kapal perusak dan juga pejuang Nyamuk dan Petir. Sebaliknya, masyarakat Surabaya hanya menggunakan senjata biasa seperti parang, bambu runcing, panah, dan senjata yang dicabut dari pasukan Jepang.

Selain itu, pertempuran ketidakseimbangan ini berlangsung hingga Desember 1945 dan merenggut ribuan korban dari masyarakat Surabaya. Untuk menghormati perjuangan rakyat Surabaya, pemerintah menetapkan 10 November sebagai Hari Pahlawan Indonesia.

Fakta Menarik tentang Perang Surabaya

Ada beberapa fakta menarik dari perang Surabaya. Seperti:

  1. Dalam pertempuran ini, Inggris tidak hanya kehilangan satu tetapi dua jenderal. Yang pertama adalah Brigadir Jenderal A.W.S. Mallaby dan yang lainnya adalah Brigadir Jenderal R.G.L. Symonds.
  2. Pertempuran Surabaya merenggut 20.000 korban dari pihak Indonesia dan 1.500 dari pihak Pasukan Sekutu. Jumlah pasti korban dalam pertempuran ini masih belum diketahui.
  3. Kematian Jenderal Mallaby pada dasarnya disebabkan oleh kesalahpahaman. Dalam sosialisasi gencatan senjata, Mallaby mengendarai Buick milik warga Surabaya, Sudirman. Tanpa sepengetahuannya, sebuah granat tiba-tiba terbang dan menabrak mobil.
  4. Mallaby langsung mati ketika mobil itu meledak. Namun ada juga versi lain yang menyatakan Mallaby meninggal karena dia tertembak dalam jarak dekat.
  5. Selain melibatkan TKR, pasukan Hizbullah, dan pasukan Sabilillah, pertempuran ini juga melibatkan TKR Chunking yang terdiri dari orang Tionghoa (Cina) yang tinggal di Surabaya.
  6. Ketika pertempuran dimulai, Bung Tomo terpikat oleh pasukan paramiliter. Captivating ini dilakukan berdasarkan instruksi dari Cak Mus a.k.a Dr. Mustopo. Mustopo adalah pemimpin Markas Besar Pasukan Jawa Timur.
  7. Selama pertempuran, ada banyak orang Surabaya yang tidak tahu cara melempar granat. Orang-orang ini tidak tahu bahwa ketika mereka melempar granat, mereka harus menarik pin terlebih dahulu.