Sebutkan contoh Kerajaan Islam di Indonesia

Kerajaan Perlak

Kerajaan Islam yang pertama kali berdiri di Sumatra dan tanah air adalah Kerajaan Perlak (Peureula). Kerajaan Perlak ini berdiri pada pertengahan abad IX dengan raja pertamanya bernama Alauddin Syah. Perlak pada saat itu merupakan kota dagang penyedia lada paling terkenal. Pada akhir abad XII Kerajaan Perlak akhirnya mengalami kemunduran.

Kerajaan Samudra Pasai

Kerajaan Samudra Pasai adalah kerajaan Islam di Indonesia yang muncul menggantikan Kerajaan Perlak yang semakin mengalami kemunduran. Kemunduran Kerajaan Perlak terjadi karena ketidakstabilan pemerintahan akibat persaingan antar anggota keluarga kerajaan sehingga para pedagang banyak mengarahkan kegiatannya ke tempat lain, yakni ke Pasai.

Seorang penguasa lokal di daerah Samudera bernama Marah Silu (Meurah Silu) dibantu oleh Syekh Ismail (seorang syarif dari Mekkah) berhasil mempersatukan daerah Samudera dan Pasai. Kedua daerah tersebut kemudian dijadikan sebuah kerajaan dengan nama Samudera Pasai.

Kerajaan Demak

Perkembangan Islam di Jawa bersamaan waktunya dengan melemahnya posisi Raja Majapahit. Hal itu memberi peluang kepada pengusaha-pengusaha islam di pesisir untuk membangun pusat kekuasaan yang independen. Dibawah pimpinan Sunan Ampel Denta, wali songo bersepakat mengangkat Raaden Patah menjadi raja pertama kerajaan Demak, kerajaan Islam pertama di Jawa, dengan gelar Senopati Jimbun Ngabdurahman Panembahan Palembang Sayidina Panatagama. Sebelumnya Demak yang masih bernama Bintoro merupakan daerah vasal Majapahit yang diberikan Raja Majapahit kepada Radeen Patah.

Maka berdiri kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa yaitu Kerajaan Demak. Kerajaan ini didirikan oleh Raden Patah pada tahun 1478. Pada saat itu ulama memegang peranan yang penting dalam pemerintahan misalnya dengan diangkatnya Sunan Kalijaga dan Ki Wanalapa sebagai penasihat kerajaan. Kerajaan Demak mengalami masa keemasan pada masa pemerintahan Sultan Trenggono. Pada tahun 1527 ketika armada Portugis datang untuk mendirikan benteng di Sunda Kelapa, Kerajaan Demak berhasil memukul mundur. Pada masa kekuasaan dipegang oleh Jaka Tingkir, pusat pemerintahannya dipindah dari Demak menuju Pajang.

Kerajaan Islam Makassar

Ada beberapa kerajaan di Sulawesi Selatan seprti Gowa, Waju, Bone, Tallo, Soppeng dan Luwu. Dikarenakan letak Tallo dan Gowa berada di tengah jalur pelayaran, maka kerajaan ini mengalami perkembangan yang pesat. Oleh karena itu, dua raja kerajaan ini memutuskan untuk membentuk satu kerajaan Islam Makassar dengan Sultan Alaudin sebagai raja pertamanya.

Tentu, kerajaan Makassar ini giat mendakwahkan agama Islam. Puncak kejayaannya ketika dipimpin oleh Sultan Hasanuddin tahun 1654-1669 M. Beliau merupakan cucu Sultan Alaudin itu sendiri. Ketika perseteruan terjadi antara Sultan Hasanuddin dengan Aru Palaka (Raja Soppeng dan Raja Bone), Belanda memanfaatkan kondisi ini dengan mengadu domba di antara keduanya. Dengan sengaja Belanda memihak ke Aru Palaka dan memerangi Hasanuddin.

Peristiwa ini hampir saja kerajaan Makassar jatuh ke tangan Aru Palaka dan Belanda. Namun akhirnya Sultan Hasanuddin mengadakan perjanjian damai yang kini hari dikenal dengan nama Perjanjian Bongaya tahun 1667.Meski demikian, watak penajajah tetaplah licik. Buktinya, walau sudah menandatangani perjanjian ternyata Belanda tetap melancarkan seerangan ke Makassar sehingga pada akhirnya Sultan Hasanuddin menyerah tahun 1669 M. Inilah awal kehancuran kerajaan Makassar.

Kerajaan Cirebon

Kesultanan Cirebon merupakan kerajaan Islam pertama di daerah Jawa Barat. Kerajaan ini didirikan oleh Sunan Gunung Jati. Ia diperkirakan lahir pada tahun 1448 M dan wafat pada tahun 1568 M, dalam usia 120 tahun. Kedudukannya sebagai Wali Songo mendapatkan penghormatan dari raja-raja di Jawa, seperti Demak dan Pajang. Setelah Cirebon resmi berdiri sebuah Kerajaan Islam yang merdeka dari kekuasaan Kerajaan Pajajaran, Sunan Gunung Jati berusaha meruntuhkan Kerajaan Pajajaran yang belum menganut ajaran Islam.

Dari Cirebon Sunan Gunung Jati, mengembnagkan ajaran Islam kedaerah-daerah lain seperti Majalengka, Kuningan, Galuh, Sunda Kelapa dan Banten. Pada tahun 1525 M, ia kembali ke Cirebon dan menyerahkan Bnten kepada anaknya yang bernama Sultan Hasanuddin. Sultan inilah yang meruntuhkan raja-raja Banten.

Setelah Sunan Gunung Jati wafat, ia digantikan oleh cicitnya yang bergelar Pangeran Ratu atau Panembahan Ratu. Panembahan wafat pada tahun 1650 M dan digantikan oleh putranya yang bernama Panembahan Girilaya. Sepeninggalannya, Kesultanan Cirebon dipecah menjadi dua pada tahun 1697 dan dipentahkan oleh dua orang putranya, yaitu Martawijaya atau Panembahan Sepuh dan Kartawijaya atau Panembahan Anom. Penembahan Sepuh memimpin Kesultanan Kasepuhan yang bergelar Syamsuddin, semeentara Panembahan Anom memimpin Kesultanan Kanoman yang bergelar Badruddin.