Unsur-unsur transisi periode keempat terdiri atas: Scandium (Sc), Titanium (Ti), Vanadium (V), Krom (Cr), Mangan (Mn), Besi/Ferum (Fe), Kobalt (Co), Nikel (Ni), Tembaga (Cu), dan Seng (Zn).
Sifat logam
Semua unsur transisi periode keempat secara meyakinkan tergolong logam, baik dalam sifat kimia maupun sifat fisis. Semua unsur transisi periode keempat mempunyai energi ionisasi yang relatif rendah (kurang dari 1.000 kJ/mol) kecuali zink yang energi ionisainya agak besar (906 kJ / mol). Sifat logam unsur transisi juga dicerminkan oleh harga keelektronegatifannya yang rendah (kurang dari 2). Pada kenyataannya, semua unsur transisi periode keempat membentuk kation tunggal dengan bilangan oksidasi +1, +2, atau +3. pada tingkat oksidasi yang rendah, senyawa unsur transisi bersifat ionik.
Sifat megnet dari suatu zat dapat ditunjukkan dan diukur dengan neraca. Zat yang bersifat diamagnetik akan menunjukkan berat kurang, sedangkan yang bersifat paramagnetik menunjukkan berat lebih. Sifat magnet zat berkaitan dengan konfigurasi elektronnya. Zat yang bersifat paramagnetik mempunyai setidaknya satu elektron tak berpasangan. Semakin banyak elektron tak berpasangan, semakin bersifat paramagnetik. Pengukuran sifat magnet dapat digunakan untuk menentukan jumlah elektron tak berpasangan dalam satu spesi.
Jadi dengan demikian bisa disimpulkan bahwa Sifat logam Unsur Transisi Periode Keempat ialah sebagai berikut:
- Unsur-unsur transisi (termasuk periode keempat) dari sifat kimia dan fisis bersifat logam
- Transisi periode keempat mempunyai keelektronegatifan yang rendah, jadi energi ionisasi dan keelektropositifannya rendah
- Biloks yang bermacam-macam membuat transisi (termasuk periode keempat) bersifat ionik
- Mempunyai daya konduktor dan listrik yang sangat baik
- Subkulit d pada golongan transisi rata-rata tidak terisi penuh, inilah sifat khasnya.