Ibadah haji merupakan syiar islam yang terus mengingatkan kaum muslim untuk berdzikir mengingat Allah. dalam semua manasik haji, setiap jamaah diharuskan untuk terus mengingat Allah.
Ketika seorang jamaah keluar menuju Mina, kemudian Arafah, dan melakukan wukuf di kedua tempat itu, niscaya ia akan merasa dekat dengan kesucian, kemurnian dan kebeningan jiwa. Di tempat itu pula ia bermunajat dan memohon apapun yang ia kehendaki kepada Allah. tidak ada penghalang atau perantara antara dirinya dengan Allah.
Seiring dengan berlalunya hari itu, serta berakhirnya ibadah wukuf, setiap jamaah telah bercengkrama dengan Allah, menyampaikan segala keinginannya, dan mengemukakan segala sesuatu yang tersembunyi. Sesungguhnya Allah mengetahui segala rahasia dan yang tersembunyi, juga segala yang tampak dan terlihat.
Pada saat seperti itu, seseorang seakan-akan merasa bahwa sedang melepaskan beban yang sangat berat dari pundaknya. Keadaan itu akan memunculkan kesadaran dalam dirinya mengenai dosa-dosa dan kesalahan yang selama ini ia lakukan, serta menyadari kekurangan dan keburukan yang ia lakukan pada dirinya sendiri, Allah, dan kepada sesamanya. Jika kesadaran seperti itu telah tertanam dalam dirinya, maka ia akan mengharap ampunan Allah swt dan ridha-Nya.
Setelah melakukan wukuf di tempat yang mulia itu, jamaah haji bersiap-siap melakukan kewajiban haji yang lain yaitu melempar jumrah. Tindakan itu ia lakukan untuk menegaskan ketaatannya yang ikhlas kepada Allah, disertai janji kepada-Nya untuk senantiasa memerangi segala kejahatan dan keburukan, menentang segala bisikan yang menyesatkan, yang menyeru kepada keburukan,.
Kewajiban melempar jumrah itu dilakukan sebanyak beberapa kali, pada hari-hari yang telah ditetapkan untuk menegaskan kehendaknya dan memperbarui perjanjian. Setelah itu ia kembali ke tempat pertama kali memulai tawaf, lalu melakukan Sa’i antara Shafa dan Marwa , dan kemudian minum air zamzam disertai perasaan senang, bahagia, dan ridha kepada Allah.