Adab Dalam Perjamuan Makan Sesuai Ajaran Islam

Apabila kita diundang dalam suatu perjamuan makan, maka kita harus mengikuti aturan atau syariat islam. Menurut Imam Ghazali, ada 8 adab atau tatacara dalam perjamuan makan, yaitu:

  • Jika kita menghadiri suatu undangan perjamuan makan, janganlah kita duduk di tengah-tengah atau di pusat perhatian dan lebih baik (jangan) mengambil tempat yang paling bagus.
  • Jangan lama-lama menunda waktu untuk menghadiri undangan, sehingga tamu yang lainnya merasa kesal menunggu kita, dan jangan pula terlalu cepat datang, karena boleh jadi tuan rumah yang mengundang kita belum siap.
  • Jangan duduk seenaknya yang menyebabkan orang lain tidak nyaman karenanya. Misalnya kita memaksakan duduk pada tempat yang sempit, atau sudah agak sesak. Dan jika tuan rumah menunjukkan suatu tempat untuk duduk, jangan sekali-kali kita membantahnya. Rasulullah saw bersabda, “Salah satu diantara sifat tawadhu (merendahkan diri) kepada Allah adalah rela dengan tempat duduk yang terbatas.”
  • Jangan terlalu banyak memandang pada suatu tempat, darimana makanan itu datang, karena hal ini menunjukkan sifat rakus.
  • Hormatilah (ucapkan salam, bersalaman) orang yang berdekatan dengan kta, dan berbicaralah dengannya dengan cara yang baik.
  • Apabila seseorang agak lama bertamunya dan bahkan sampai menginap, maka sebagai tuan rumah harus menunjukkan tempat shalat dan arah kiblat, tempat wudhu, tempat buang air dan lain-lain.
  • Setelah makan hendaknya memberi waktu untuk mencuci tangan.
  • Apabila kita memasuki suatu perjamuan makan, dan melihat sesuatu yang bertentangan dengan ajaran islam, maka kita harus berusaha untuk menghilangkan kemunkaran itu, bila kita mampu. Bila kita tidak mampu (sanggup), maka ingatkan dengan lisan, dan bila tidak mampu juga maka sebaiknya kita keluar dari tempat perjamuan itu.