‘Ammar bin Yasir, Sahabat Yang Sabar Menghadapi Siksaan Kaum Musyrikin (Kafir)

‘Ammar adalah anak dari Yasir bin ‘Amir dan Sumayyah. Mereka adalah orang-orang yang termasuk generasi awal masuk islam dan mendapat siksaan dari kaum kafir.

Rasulullah setiap hari menghampiri tempat dimana mereka mendapat siksaan dari orang-orang dzalim. Dengan berurai air mata, beliau tidak lelah memberikan nasihat kesabaran kepada mereka. Pada suatu hari ketika Rasulullah saw mengunjungi mereka, ‘Ammar memanggilnya dan berkata, “Wahai Rasulullah, azab yang kami derita telah sampai ke puncak.”

Rasulullah kemudian berkata, “Sabarlah wahai Abal Yaqdhan, sabarlah wahai keluarga Yasir, tempat yang dijanjikan bagi kalian adalah surga.”

Dalam sejumlah riwayat, para sahabat menunjukkan kesaksian mereka akan hebatnya siksaan tersebut. ‘Ammar bin Hakam berkata, “Ammar disiksa hingga tidak menyadari apa yang diucapkannya.” Sementara ‘Ammar bin Maimun berkata, “Suatu saat, orang-orang musyrik membakar ‘Ammar bin Yasir dengan api. Ketika Rasulullah lewat di tempatnya, beliau kemudian memegang kepala ‘Ammar dengan tangan dan berkata, “Hai api, jadilah kamu sejuk dan dingin di tubuh ‘Ammar, sebagaimana kamu dulu juga sejuk dan dingin di tubuh Ibrahim.”

Orang-orang musyrik menyiksa ‘Ammar dengan menderanya, mencambuk, menyalib di hamparan gurun yang panas, menindih dengan batu laksana bara merah, membakar dengan besi panas, bahkan sampai menenggelamkannya ke dalam air hingga kulitnya penuh luka. Ketika ia sampai tidak sadarkan diri karena siksaan yang berat, orang-orang itu kemudian berkata, “Pujalah olehmu Tuhan-Tuhan kami!” saat mereka mengajarkan pitu, tanpa sadar ia pun mengikutinya.

Setelah siuman karena siksaannya berhenti, ia baru sadar tentang apa yang telah diucapkannya. Maka, hilanglah akalnya dan terbayang olehnya dosa besar yang tak dapat ditebus diampuni lagi. Tetapi iradat Allah yang Maha Agung telah memutuskan agar peristiwa yang mengharukan itu mencapai titik kesudahan yang amat luhur. Tangan Rasulullah terulur dan menjabat tangan ‘Ammar sambil berkata, “Bangunlah hai pahlawan, tak ada sesalan atasmu dan tak ada cacat.”

Sungguh benar apa yang telah difirmankan Allah dalam surat Al Ankabut ayat 2-3:

“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? dan Sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, Maka Sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan Sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.”

Serta dalam surat Ali Imran ayat 142:

“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, Padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad[*] diantaramu dan belum nyata orang-orang yang sabar.”

[*] Jihad dapat berarti: 1. berperang untuk menegakkan Islam dan melindungi orang-orang Islam; 2. memerangi hawa nafsu; 3. mendermakan harta benda untuk kebaikan Islam dan umat Islam; 4. Memberantas yang batil dan menegakkan yang hak.

Dalam surat At Taubah ayat 16:

“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan dibiarkan, sedang Allah belum mengetahui (dalam kenyataan) orang-orang yang berjihad di antara kamu dan tidak mengambil menjadi teman yang setia selain Allah, RasulNya dan orang-orang yang beriman. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

‘Ammar menghadapi cobaan itu dengan ketabahan luar biasa, hingga para penyiksanya merasa lelah sendiri.

Suatu ketika, Rasulullah saw hendak menjumpai ‘Ammar. Didapatinya ‘Ammar sedang menangis, maka disapulah air matanya dengan tangan beliau seraya bertanya, “Apakah orang-orang kafir itu telah menyiksamu dan menenggelamkanmu ke dalam air sampai kamu mengucapkan begini dan begitu..?”

‘Ammar menjawab, “Benar, ya Rasulullah.”

Maka sambil tersenyum, Rasulullah saw berkata, “Jika mereka memaksamu lagi, tidak apa, ucapkanlah seperti apa yang kamu katakan tadi.” Kemudian, Rasulullah saw membacakan kepadanya surat An Nahl ayat 106:

“Barangsiapa yang kafir kepada Allah sesudah Dia beriman (dia mendapat kemurkaan Allah), kecuali orang yang dipaksa kafir Padahal hatinya tetap tenang dalam beriman (dia tidak berdosa), akan tetapi orang yang melapangkan dadanya untuk kekafiran, Maka kemurkaan Allah menimpanya dan baginya azab yang besar.”

Setelah mendengarnya, kembalilah ‘Ammar dengan hati yang diliputi rasa haru, tenang dan bahagia. ‘Ammar menduduki martabat tinggi di tengah masyarakat islam. rasulullah sangat sayang kepadanya, beliau sering membanggakannya kepada para sahabat lainnya dan berkata, “Diri ‘Ammar dipenuhi keimanan sampai ke tulang punggungnya.”

Ketika terjadi selisih paham antara Khalid bin Walid dengan ‘Ammar, Rasulullah bersabda, “Siapa yang memusuhi ‘Ammar, maka ia akan dimusuhi Allah. dan siapa yang membenci ‘Ammar, maka ia akan dibenci Allah.” oleh karena itu, akhirnya Khalid bin Walid mengakui kekhilafannya dan meminta maaf.

Updated: 06/03/2024 — 07:03