Persamaan Puasa Medis Dengan Puasa Islam Beserta 4 Perbedaannya

Puasa medis dan puasa dalam syariat islam memiliki persamaan yaitu mengistirahatkan tubuh dari tugas pencernaan, baik penghancuran makanan ataupun penyaluran dan penyerapan bahan makanan oleh seluruh bagian tubuh.

Ketika berpuasa, tubuh lebih banyak menggunakan cadangan makanan serta mengeluarkan toksin atau za-zat kimiawi yang berbahaya bagi tubuh. Selain itu, puasa medis dan puasa dalam syariat islam memiliki persamaan menahan manusia dari konsumsi makanan atau minuman untuk jangka waktu yang lama.

Perbedaan Antara Puasa Dalam Syariat Islam Dengan Puasa Medis

  • Puasa dalam syariat islam merupakan ibadah yang mudah dan dapat dijalankan oleh semua mukallaf, sedangkan puasa medis lebih berat dan sulit dilaksanakan.
  • Dalam puasa islam, kaum muslim menahan diri dari makan, minum, berhubungan seks dari mulai terbit fajar hingga matahari terbenam. Sedangkan pada puasa medis, orang-orang menahan diri dari makan dan minum dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan kondisi yang bersangkutan dan sesuai perintah dokter. Orang yang menjalankan puasa medis (diet) tetap diperbolehkan minum dan berhubungan seks.
  • Dalam puasa medis, tubuh tidak tergantung pada asam amino dan asam-asam pokok lainnya yang tidak dihasilkan oleh tubuh, tetapi dihasilkan dari penguraian makanan. Keadaan ini memicu kerusakan sel dan tubuh tidak punya kemampuan memproduksi sel-sel baru. Sama halnya, dalam puasa medis ketone bodies berkumpul dalam darah yang mengiringi proses penyerapan makanan, serta menambah tingkat keasaman darah. Keadaan ini tidak terjadi pada puasa syariat islam, karena pendeknya waktu puasa. Dalam puasa islam terjadi keseimbangan antara proses penghancuran dan pembentukan. Tubuh sepenuhnya dapat bergantung pada asam amino dan lemak-lemak pokok untuk menjalankan fungsinya. Ketone bodies juga tidak terkumpul dalam darah dengan tingkat yang membahayaka.
  • Karena dalam puasa islam tidak dibolehkan minum, tubuh terdorong untuk memproduksi hormon antidiuretie, sehingga air yang dikeluarkan tubuh saat kencing tidak terlalu banyak. Pada gilirannya, keadaan itu juga menahan hilangnya garam-garam mineral penting seperti sodium.