Asma’ binti Umais Menjadi Istri Ali bin Abu Thalib

Sebagai wujud kesetiaan Ali kepada saudara yang dicintainya, Ja’far, dan kepada sahabatnya Abu Bakar, Ali bin Abu Thalib mendatangi Asma’ untuk meminangnya, dan Asma’ pun akhirnya menerima pinangan tersebut.

Maka berpindahlan Asma’ ke rumah tangga Ali setelah wafatnya Fatimah az Zahra. Allah memberi kemurahan kepada Ali dengan mengaruniakan anak-anak dari Asma’, yang kemudian diberi nama Yahya dan Aunan.

Ali pernah berkata, “Di antara wanita-wanita yang memiliki syahwat dan telah menipu kalian, maka aku tidak menaruh kepercayaan di antara wanita melebihi Asma’ binti Umais.”

Pada suatu hari Ali menyaksikan putera Ja’far sedang berdebat dnegan Muhammad bin Abu Bakar. Masing-masing membanggakan diri dari yang lain dengan berkata, “Aku lebih baik daripada kamu dan ayahku lebih baik daripada ayahmu.” Kemudian Ali memanggil Asma’ dan berkata kepadanya, “Putuskanlah antara keduanya.”

Asma’ kemudian berkata, “Aku tidak melihat seorang pemuda di Arab yang lebih baik daripada Ja’far dan aku tidak pernah melihat orang tua yang lebih baik daripada Abu Bakar.” Akhirnya mereka berdua berdamai dan bermain bersama kembali.

Ali merasa kagum dengan jawaban Asma’ tersebut dan berkata, “Engkau tidak menyisakan bagi kami sedikitpun wahai Asma’?”

Asma’ berkata, “Di antara ketiga orang pilihan, kebaikan anda masih di bawah kebaikan mereka.” Ali tidak merasa asing dengan jawaban istrinya tersebut, Ali kemudian berkata, “Seandainya engkau tidak menjawab dengan jawaban tersebut, niscaya aku cela dirimu.”

Setelah Usman bin Affan meninggal, Ali kemudian menjadi khalifah. Maka, untuk yang kedua kalinya Asma’ menjadi istri seorang khalifah. Dia turut memikul tanggung jawab sebagai istri khalifah dalam menghadapi peristiwa-peristiwa besar.

Asma’ mengalami sakit yang menyebabkan kematiannya. Beliau mendai lambang kehormatan wanita muslimah. Asma’ merupakan contoh dalam hal kebijaksanaan, kesabaran dan kekuatan.

Updated: 06/03/2024 — 07:03