Kekhusyukan akan memperlambat penuaan dan menjauhkan kita dari kepikunan. Orang yang sering bermeditasi (atau yang mencapai kekhusyukan dalam ibadah) memiliki kemampuan yang lebih besar untuk mengambil keputusan ketika menghadapi berbagai persoalan, termasuk masalah emosi. Mereka juga lebih mampu mengendalikan dorongan perasaan dan hasrat sehingga ia lebih bisa merasa bahagia dibanding orang lain. Penelitian itu juga menunjukan bahwa meditasi dan perenungan membantu kita mengatur emosi sehingga kita tidak mengobarkannya secara berlebihan, karena meditasi akan memperkuat sensor otak sehingga lebih aktif dan peka.
Dalam islam, kondisi meditatif seperti yang dialami oleh orang-orang barat melalui meditasi dan yoga, dapat diraih melalui doa dan shalat. Tingkat ketenangan dan kedamaian yang dirasakan oleh seorang mukmin yang mendirikan shalat atau berdoa jauh lebih besar dibanding ketenangan akibat meditasi. Dan, tentu saja jika kita bisa terus mencapai kekhusyukan, jiwa kita akan terhindar dari stress, depresi, kegelisahan, kesedihan yang berlebihan (melankolis), juga gangguan fisikal seperti radang pencernaan, radang usus besar, gangguan pankreas, dan ragam penyakit lainnya.
Kekhusyukan dan ketenangan jiwa juga berpengaruh besar terhadap sistem peredaran darah, mampu mencegah penyumbatan arteri, mencegah serangan jantung, nyeri sendi, nyeri otot, menekan pertumbuhan agen kanker, dll. Bahkan, dalam peneliian yang dilakukan para ahli otak ditemukan bahwa kekhusyukan dan ketenangan jiwa membantu penyembuhn schizophrenia.