Ketika menundukkan kepala sehingga posisinya lebih rendah paru-paru berdampak besar terhadap peningkatan fungsi otak. Posisi seperti itu yang dilakukan beberapa kali sesuai dengan jumlah rakaat shalat, akan memelihara jaringan pembuluh darah otak. Fungsi jaringan pembuluh darah itu akan terjaga kesehatannya meskipun usia seseorang bertambah tua.
Disinilah kita bisa memahami hikmah Ilahiah yang dianugerahkan kepada manusia. Dan semakin jelaslah perintah syariat agar kita melakukan gerakan shalat secara tumakninah. Cara ini akan memberi kesempatan bagi berlangsungnya proses perubahan aktivitas peredaran darah menuju otak sehingga berjalan secara sempurna.
Karena itulah Rasulullah saw memerintahkan kepada seseorang yang melakukan shalat secara terburu-buru agar mengulangi shalatnya secara tumakninah, tidak tergesa-gesa, termasuk ketika rukuk, i’tidal, dan sujud.
Diriwayatkan bahwa Rasulullah saw memasuki mesjid dan seorang laki-laki lain juga memasuki mesjid, kemudian melakukan shalat. Usai shalat, lelaki itu menemui Nabi saw dan mengucapkan salam. Nabi menjawab salamnya, lalu berkata kepadanya,”Ulangilah shalatmu karena kau belum melaksanakannya.”
Laki-laki itu mengulangi shalatnya seperti shalat yang pertama. Kemudian, ia kembali menemui Nabi saw dan mengucapkan salam. Nabi saw menjawab salamnya dan berkata,”Ulangilah shalatmu karena kau belum melaksanakannya.”
Kejadian itu berulang sampai tiga kali. Kemudian lelaki itu berkata,”Demi Allah yang telah mengutusmu dengan kebenaran, ajarilah aku.”
Nabi saw bersabda,”Jika kau telah berdiri untuk shalat, bertakbirlah, kemudian bacalah Al Quran yang menurutmu mudah, kemudian merukuklah secara tumakninah, lalu berdirilah kembali hingga benar-benar tegap. Kemudian, bersujudlah secara tumakninah, kemudian duduklah secara tumakninah, lakukanlah seperti itu dalam shalatmu.”