Sikap khusyu berarti menghadap Allah disertai perasaan rendah diri, cinta, takut, dan harap kepada-Nya, dan juga disertai pengakuan terhadap keagungan dan kemahakuasaan-Nya serta kehinaan dan kelemahan dirinya sebagai hamba yang hina, penuh dosa, dan penuh keterbatasan. Karena itulah, Allah memuji para Nabi-Nya yang selalu menghadapkan dirinya kepada Allah dengan penuh rasa cinta, takut dan harap.
Allah berfirman dalam surat al Anbiya ayat 90, “Sesungguhnya mereka adalah orang yang selalu bersegera mengerjakan perbuatan baik dan mereka berdoa kepada Kami dengan harap dan cemas. Dan mereka adalah orang yang khusyu’ kepada Kami.”
Al Qurthubi menafsirkan ayat diatas, “Mereka menghadapkan diri kepada Allah, kemudian memohon kepada-Nya baik dalam keadaan lapang maupun sempit. Ada juga ahli tafsir yang mengatakan bahwa ayat itu berarti mereka menyeru dan memohon kepada Allah ketika mereka beribadah kepada-Nya disertai rasa cinta dan harap, serta rasa cemas dan takut.”
Perasaan takut yang disertai harap seperti itu misalnya terungkap dalam doa Nabi saw yang disebut sebagai istighfar yang paling agung (sayyid al istighfar), “Ya Allah, Engkaulah Tuhanku, tidak ada Tuhan kecuali Engkau. Engkau telah menciptakanku, dan aku adalah hamba-Mu, dan aku berada diatas perjanjian dengan-Mu sesuai dengan kemampuanku, aku berserah diri kepada-Mu dengan seluruh nikmat yang Kau anugerahkan kepadaku. Aku berserah diri kepada-Mu dengan dosa-dosaku. Maka, ampunilah aku, karena tidak ada lagi yang maha mengampuni dosa kecuali Engkau.”
Juga terkandung dalam doa yang diajarkan Nabi Muhammad saw kepada Abu Bakar r.a agar dibacakan dalam shalatnya, “Ya Allah, sesungguhnya aku telah menzalimi diriku dengan kezaliman yang besar, dan tidak ada yang mengampuni dosa-dosakecuali Engkau. Maka, ampunilah aku dengan ampunan dari sisi-Mu dan kasihilah aku, sesungguhnya Engkau Maha Mengampuni dan Maha Menyayangi.