Siti Aisyah, Wanita Paling Utama Dalam Islam

Aisyah terkenal akan sifat luhur, keshalihan, kebijaksanaan, kesederhanaan, kemurahan hati dan kesungguhan hatinya untuk menjaga kemurnian riwayat sunnah Rasulullah saw.

Aisyah menghuni ruangan yang berukuran kurang dari 12 x 12 kaki, bersama-sama dengan Rasulullah. Ruangan itu beratap rendah, terbuat dari batang dan daun kurma, sementara dindingnya diplester dengan lumpur. Pintunya hanya satu, itupun tanpa daun pintu, hanya ditutup dengan secarik kain yang digantungkan di atasnya.

Selama masa hidup Rasulullah, Aisyah sering kekurangan makan. Bahkan, pada malam hari ketika Rasulullah wafat, Aisyah tidak mempunyai minyak untuk menyalakan lampu dan tidak ada makanan sedikit pun.

Waktu Khalifah Umar berkuasa, istri dan beberapa sahabat Rasulullah mendapat tunjangan tiap bulannya. Aisyah juga mendapatkan jatah, namun ia jarang menahan uang atau pemberian yang diterimanya sampai keesokan harinya. Setiap uang yang didapatnya segera dibagikan kepada orang-orang yang membutuhkan. Pernah pasa suatu hari di bulan ramadhan, Abdullah bin Zubair menyerahkan sekantong uang sebanyak satu lakh dirham kepada Aisyah. Dan Aisyah lalu langsung membagikan uang itu sebelum waktu berbuka puasa tiba.

Bila orang menemukan persoalan mengenai sunnah dan fiqih yang sulit untuk dipecahkan, mereka akan membawanya ke Aisyah, dan kata-kata Aisyah lah yang menjadi keputusan akhir.

Selain Ali, Abdullah bin Abbas, dan Abdullah bin Umar, Aisyah juga termasuk kelompok intelektual di tahun pertama islam. di samping itu, Aisyah juga terkenal sebagai orator ulung.

Bersama Khadijah dan Fathimah Az-Zahra, Aisyah dianggap sebagai wanita paling utama di kalangan wanita islam.

Di dalam riwayat Tirmidzi, ada sebuah kisah tentang penghinaan terhadap Aisyah. Diceritakan bahwa ada seseorang yang menghina Aisyah di hadapan Ammar bin Yasir sehingga Ammar berkata kepadanya, “Sungguh celaka kamu, kamu telah menyakiti istri kecintaan Rasulullah saw.”

Ketika Aisyah wafat, Ummu Salamah (istri Rasulullah) berkata, “Demi Allah, ia adalah manusia yang paling Rasulullah cintai selain ayahnya (Abu Bakar).”

Saudah bin Zum’ah (istri Rasulullah yang lain) merelakan seluruh malam bagiannya untuk Aisyah.

Aisyah senantiasa mengenakan pakaian bagus dan berhias untuk Rasulullah. Menjelang wafat, Rasulullah meminta izin kepada istri-istrinya untuk beristrirahat di rumah Aisyah selama sakitnya hingga wafat. Dalam hal ini Aiyah berkata, “Merupakan kenikmatan bagiku karena Rasulullah wafat di pangkuanku.”

Rasulullah dirawat Aisyah hingga akhirnya wafat, dan dikuburkan di kamar Aisyah.

Saat masih kecil Aisyah bermimpi melihat 3 bulan jatuh ke kamarnya, dan menurut Abu Bakar, “Jika yang engkau lihat itu benar, maka di rumahmu akan dikuburkan 3 orang yang paling mulia di muka bumi.”

Ketika Rasulullah wafat, Abu Bakar berkata, “Beliau adalah orang yang paling mulia diantara ketiga bulanmu.” Beberapa tahun kemudian, ternyata Abu Bakar dan Umar pun sama-sama dikuburkan di rumah Aisyah.

Rumah Aisyah selalu dikunjungi orang untuk menimba ilmu atau untuk berziarah ke makam Rasulullah.

Aisyah sering menemui wanita-wanita yang melanggar syariat. Saat Hafshah mengenakan kerudung tipis untuk menemuinya, maka Aisyah lalu dengan cepat mengganti kerudung tersebut dengan yang tebal.

Aisyah merupakan wanita yang banyak menghafal hadis.

Aisyah wafat pada tangga 17 ramadhan 58 H (13 juli 678 M). Beliau wafat pada usia 66 tahun dan dikuburkan di pemakaman Baqi.

Updated: 05/03/2024 — 19:03