Inilah pengaruh minuman keras terhadap kesehatan anak atau keturunan

Seseorang yang tubuhnya masih dipenuhi minuman keras dan melakukan hubungan intim, berarti ia telah memindahkan kontribusu alcoholism akut kepada anaknya. Kondisi tersebut akan lebih parah ketika sebuah pasangan mengonsumsi minuman keras beberapa jam sebelum melakukan hubungan intim.

Kontribusi alcoholism akut akan muncul 100% pada anak yang nanti lahir. Kesehatan anak itu akan terancam gara-gara orang tuanya membawa kontribusi alcoholism yang sangat membahayakan. Bahkan sering terjadi orang tua yang sering mengonsumsi minuman keras menyebabkan anaknya lahir prematur. Selain itu juga dapat mengakibatkan anak yang lahir tidak mempunyai kemampuan untuk hidup, dan ada juga yang memiliki intelegensia rendah.

Kerusakan otak pusat atau fetal alcohol syndrome (FAS) pada bayi sangat memungkinkan terjadi ketika orang tuanya mengonsumsi minuman keras. Ciri-cirinya adalah gejala pertumbuhan yang terhambat dan bentuk wajah tidak normal (seperti kepala dan ukuran otak yang kecil atau kekurangan pada sistem anatomi tubuh lainnya)

Seorang ibu yang mengonsumsi minuman keras selama masa kehamilan dapat memperlemah atau merusak kemampuan anak ketika berkedip. Bahkan seorang ibu yang mengonsumsi minuman keras pada trimester awal memiliki risiko lebih besar melahirkan bayi dengan bibir sumbing atau langit-langit mulut yang terbelah.

Minuman keras juga menyebabkan dampak buruk bagi kesehatan seorang anak. Komplikasi kelahiran, seperti kekurangan oksigen atau cedera kepala, infeksi otak, seperti encephalitis atau meningitis, serta terkena racun, seperti cat yang mengandung timah, sangat berpotensi menyebabkan retardasi mental atau keterbelakangan mental pada anak yang kelak akan lahir.

Ciri-ciri anak yang lahir membawa keterbelakangan mental akibat orang tuanya mengonsumsi minuman keras:

  1. Lamban dalam mempelajari hal-hal baru, dan cepat lupa terhadap sesuatu yang dipelajari tanpa latihan secara terus menerus.
  2. Kesulitan dalam mempelajari hal-hal abru.
  3. Kemampuan bicara sangat kurang.
  4. Cacat pisik dan perkembangan gerak.
  5. Kurang dalam kemampuan menolong diri sendiri (mengurus diri sendiri)
  6. Tingkah laku dan interaksi yang tidak lazim, serta tingkah laku kurang wajar yang berlangsung terus menerus.