Kisah mimpi Abdul Muththalib untuk menggali sumur zamzam

Kakeknya Nabi Muhammad saw, yaitu Abdul Mutthalib bermimpi mendapat perintah untuk kembali menggali sumur zamzam yang telah tertimbun ratusan tahun lamanya. Bahkan dalam mimpinya itu dia diberitahu tentang letak sumur itu secara akurat. Dikisahkan bahwa pada suatu malam, setelah bertawaf, Abdul Mutthalib berjalan menuju Hijir Ismail. Kemudian ia duduk di bawah naungan Ka’bah, yang berdiri menjulang bagaikan sebatang pohon besar. Ia pejamkan mata dan mulai tertidur. Tiba-tiba ia bermimpi satu suara ghaib menyerunya, “Hai Abdul Mutthalib, galilah Tibah…Tibah…Tibah.”

Abdul Mutthalib bertanya-tanya, “Apa itu Tibah?”

Tetapi ia tidak mendapatkan jawaban hingga suara itu menghilang. Ia duduk kebingungan karena tidak mengetahui arti Tibah. Namun, hatinya dijalari perasaan aneh bahwa sesuatu yang baik akan terjadi.

Abdul Mutthalib pulang ke rumahnya untuk beristirahat. Ketika ia memasuki rumahnya, sang istri, Samrah bint Jundub menyambutnya dengan ucapan yang lembut dan penuh kasih sayang sehingga kecemasannya mereda. Ia segera menceritakan apa yang baru saja dialaminya kepada Samrah.

Kemudian istrinya itu berkata, “Tunggu sampai besok dan suara ghaib itu akan kembali lagi untuk menyingkap rahasia itu.”

Keesokan harinya dia kembali ke tempat yang sama dan tertidur di dekat Hijir Ismail. Suara itu terdengar lagi, “Galilah Barrah… Barrah ….. Barrah…!”

Abdul Muttahlib bertanya, “Apa itu Barrah?”

Lagi-lagi, suara itu menghilang menyisakan kebingungan dan kegelisahan di dada Abdul Mutthalib. Kemudian pulang kerumahnya, lalu istrinya berbicara, “Tunggu sampai besok karena suara ghaib itu akan mendatangimu dan menyingkap rahasia itu.”

Ketika ia pergi ke tempat yang sama keesokan harinya, suara ghaib itu memerintahkannya, “Hai Abdul Mutthalib, galilah Madmunah……Madmunah……Madmunah.”

Ia berbicara, “Apa itu Madmunah?”

Seperti biasa, suara itu lenyap. Karena sangat kebingungan, terlintas pikiran untuk menemui seorang pendeta  dan meminta nasihatnya, tetapi istrinya meyakinkannya, “Wahai Abu al Harits, tenanglah, jangan membesar-besarkan kekhawatiran dan ketakutanmu. Mengalami hal gaib merupakan suatu hal yang lumrah disini.”

Kemudian istrinya berkata lagi, “Mengapa kau tidak mencari cinta dari para Tuhan, pergilah dan persembahkan korban untuk kesenangan para tuhan. Serahkanlah korbanmu untuk orang miskin dan yang kelaparan.

Kemudian Abdul Mutthalib pergi ke Ka’bah dan mengorbankan unta untuk para Tuhan. Orang miskin, binatang buas, dan burung-burung ikut menikmati korbannya.

Hari berikutnya Abdul Mutthalib pergi ke Hijir Ismail dan suara gaib itu menyerunya, “Wahai Abdul Mutthalib, galilah zamzam…..zamzam……zamzam.”

Ia bertanya, “apa itu zamzam?”

Kemudian suara ghaib itu menjawab, “Ia tidak pernah kering dan tidak pernah berkurang airnya… ia akan menyediakan air untuk para jamaah.”

Abdul Mutthalib bertanya, “dimana letaknya?”

“Letaknya diantara sampah dan darah… di paruh burung gagak bersayap keputihan….. di dekat sarang semut.”