Bagaimanakah sikap kita apabila bermimpi baik dan buruk sesuai dengan ajaran islam

Para peneliti mengatakan bahwa seperempat waktu tidur manusia dihabiskan dalam mimpi. Namun, sebagian besar mimpi tidak dapat diingat kecuali mimpi yang berpengaruh besar terhadap kejiwaan seseorang sehingga ia tetap ingat ketika bangun di pagi hari.

Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a bahwa Rasulullah saw bersabda, “Jika zaman semakin dekat, nyaris tidak ada mimpi seorang muslim yang mengandung dusta. Mimpi yang paling benar diantara kalian adalah yang paling benar (jujur) ucapannnya. Mimpi seorang muslim merupakan satu bagian dari 45 bagian kenabian. Ada 3 macam mimpi, mimpi yang benar yang berasal dari Allah swt, mimpi buruk yang berasal dari setan,dan mimpi yang menggambarkan diri sendiri. Jika kalian bermimpi buruk, bangunlah, lalu dirikanlah shalat, dalam sebuah riwayat, ‘meludahlah’ dan jangan membicarakannya kepada orang lain.”

Ibn al Atsir mengatakan bahwa maksud “semakin mendekatnya zaman” dalam hadis itu adalah ketika lama waktu antara siang dan malam seimbang yaitu pada musim semi dan musim kemarau. Ada juga yang berpendapat bahwa frasa itu berarti semakin dekatnya kiamat.

Diriwayatkan dari Jabir r.a bahwa seorang Badui datang dan berkata, “Wahai Rasulullah saw aku bermimpi kepalaku terpenggal dan kemudian aku mati.” Rasulullah saw bersabda, “Jika setan mempermainkan kalian dalam mimpi maka janganlah kalian menceritakannya kepada orang lain.”

Dari beberapa hadis diatas, kita bisa menyimpulkan bahwa jika seorang muslim bermimpi buruk maka ia tidak boleh menceritakannya kepada orang lain, lalu meludah ke sisi kirinya, dan memohon perlindungan dari setan, atau kemudian mendirikan shalat 2 rakaat. Dengan demikian, mimpi itu tidak akan membahayakannya. Dan jika kita bermimpi baik, kita seharusnya tidak menceritakan itu kepada orang lain kecuali kepada orang shalih.