Inilah Akibat Kekurangan Vitamin A Bagi Kesehatan

Vitamin A, di samping perannya sebagai retine yang merupakan komponen rhodopsin (untuk dapat melihat, diperlukan adanya rhodopsin dan idopsin pada retina, juga berfungsi dalam pemeliharaan sel-sel epithel, pertumbuhan, metablisme dan reproduksi.

Kebutuhan vitamin A yang dianjurkan untuk anak balita adalah 250 mikrogram retinol (vitamin A) atau 750 mikrogram beta karoten per hari. Untuk penyerapan karoten maupun vitamin A dibutuhkan lemak atau minyak. Setelah diserap, karoten dan vitamin A disalurkan ke jaringan hati untuk disimpan sebagai cadangan. Ini berarti karoten atau vitamin A tidak perlu dimakan setiap hari. Hanya cadangan di dalam hati rendah dan masukannya melalui makanan sehari-hari tidak mencukupi maka akan terjadi kekurangan vitamin A dengan segala gejala daa akibatnya sesuai dengan seberapa besar derajat kekurangannya.

Kekurangan vitamin A akan bermanivestasi sebagai Xerophthalmia dan kebutaan, juba berperan dalam tingginya angka kesakitan dan angka kematian bayi. Xerophthalmia dalam arti harfiah adalah mata kering. Istilah ini dipakai untuk semua keluhan dan gejala yang berhubungan dengan kekurangan vitamin A.

Kekurangan vitamin A juga erat hubungannya dengan beberapa penyakit, antara lain malnutrisi, diare, campak, dan infeksi saluran pernapasan. Kejadian Xerophthalmia di Indonesia sering didapatkan bersamaan dengan kwashiorkor (anak dengan status gizi buruk). Hal ini disebabkan adanya gangguan absorpsi vitamin A. Anak yang menderita kekurangan vitamin A di samping berisiko tinggi untuk terjadinya Xerophthalmia juga berisiko tinggi untuk terjadinya diare.

Kekurangan vitamin A memberi gambaran atas suatu keadaan yang terjadi sebagai akibat dari penerimaan vitamin A total yang lebih rendah dari ketentuan penerimaan yang seharusnya. Manifestasi klinik yang terkenal sebagai akibat dari kekurangan vitamin A terjadi pada mata.

Tanda pertama dari kekurangan vitamin A adalah buta senja atau rabun senja, lalu diikuti terjadinya pengeringan pada konjuntiva dan pembentukan bercak Bitot.  Manifestasi buta senja adalah karena kurangnya kemampuan kecepatan adaptasi subjek atas cahaya remang setelah dipapar dengan cahaya terang. Bila keadaan ini dibiarkan tanpa pengobatan maka akan terjadi pengeringan kornea  dan selanjutnya akan terjadi ulserasi kornea. Dengan demikian, kekurangan vitamin A merupakan salah satu faktor risiko untuk terjadinya kebutaan.

Faktor yang menyebabkan terjadinya Xerophthalmia:

  1. Di Indonesia Xerophthalmia paling sering dijumpai pada anak-anak kelompok umur 2 – 3 tahun dan jarang terjadi pada usia di atas 8 -9 tahun. Yang paling parah ditemukan pada anak muda usia, terutama bayi yang tidak minum ASI.
  2. Jenis kelamin. Anak- laki-laki lebih rawan terhadap Xerophthalmia.
  3. Menu makanan sehari-hari. Kejadian Xerophthalmia meningkat bila menu sehari-hari hanya sedikit mengandung vitamin A, karoten, lemak, dan protein. Kebutuhan akan vitamin A meningkat pada bayi dan anak yang sedang dalam masa pertumbuhan, ibu hamil dan ibu menyusui, serta selama menderita sakit.
  4. Penyakit infeksi dan infestasi cacing. Setiap penyakit infeksi baik akut maupun kronis akan menurunkan nafsu makan, mengurangi kemampuan absorbsi oleh usus, dan meningkatkan kebutuhan vitamin A. Diare dan ascariasis juga merupakan penyebab kejadian xerophthalmia.
  5. Kurang kalori protein. Pada anak yang kekurangan kalori protein, terjadi gangguan absorbsi vitamin A, gangguan sintesa retinol binding protein, dan gangguan metabolisme, sehingga anak tersebut menderita xerophthalmia.
  6. Kurang kalori protein. Pada anak yang kekurangan kalori protein, terjadi gangguan absorbsi vitamin A, gangguan sintesa retinol binding protein, dan gangguan metabolisme, sehingga anak tersebut menderita xerophthalmia.